Monday, April 28, 2008

Ebe dan Warga Merapun Mandi Air Milo

Teks oleh Ebe Agustina; foto oleh Ebe Agustina

catatan redaksi:

salah satu kunci efektifitas metodologi Pride adalah Campaign manager merupakan putra/putri daerah asli dan keputusan Campaign Manager untuk live in dengan masyarakat di kawasan. Live in bukan berarti hanya tinggal dan menetap, namun juga belajar dan bekerja bersama dengan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan konservasi. Live in membuka kesempatan bagi campaign manager untuk menjadi homogen dengan masyarakat di kawasan, menyelami dan mengalami keseharian hidup masyarakat, juga membangun kepercayaan dari masyarakat, termasuk mengembangkan empati dan pemahaman campaign manager terhadap persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan sumberdaya alam nya.


Ebe staff The Nature Conservancy yang sedang merancang kegiatan panggung boneka kampanye Hutan Lindung Sungai Lesan di Desa Merapun, hampir setiap hari selama 6 hari (9-14 April 2008) bersama-sama dengan warga Desa Merapun akhirnya terbiasa juga mandi dengan ‘air milo’. Sebagai pengunjung di Merapun risih rasanya waktu pertama kali harus mandi dengan air yang warnanya sangat coklat seperti habis diaduk-aduk dengan tanah ini – yang oleh Andriani salah seorang warga menyebutnya ‘air milo’. Tetapi apa mau di kata tidak ada pilihan lain. Kejadian mandi ‘air milo’ ini sudah beberapa bulan terjadi tatkala hujan sedikit saja di bagian hulu atau desa Merapun. Sebagaimana tuturan ‘gurauan’ tapi sarat makna dari Andriani yang juga sebagai guru sekolah minggu ini berkata ‘warga Merapun sekarang sudah kaya, mandi saja dengan air milo’.

Warga tentu saja walau tidak begitu suka dengan kondisi ini, tetapi situasinya mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah. Setiap hari hujan untuk kebutuhan mandi, cuci dan minum dengan menggunakan air Sungai Lesan yang telah berubah menjadi ‘air milo’ ini. Lahan-lahan yang telah digusur di bagian hulu dan ditanami tidak saja menyebabkan hasil padi bagi warga yang kebetulan berdampingan menjadi jauh menurun tetapi tanah gusuran baru menjadikan air sungai menjadi keruh. Aktivitas pembukaan lahan dengan cara penggusuran habis bagi warga tentu saja hal yang tidak mungkin dihentikan. Mereka membayangkan kalau sekarang saja keruhnya air seperti air milo, bagaimana nanti kondisi sungai yang membelah desa mereka ini tatkala pembukaan lahan untuk perkebunan sawit telah dibuka semua?.

Bersemangat dengan Kotbah Konservasi

Teks oleh Ebe Agustina; foto oleh Andrianus/Ari-Pekoka


Berbicara secara khusus kepada umat mengenai isu-isu pelestarian alam atau konservasi tidak pernah dilakukan oleh Darpinus gembala jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Merapun. Menurutnya dia belum pernah melakukan ini karena memang belum pernah ada program dan kesempatan. Akhirnya, tiba juga kesempatan bagi Darpinus untuk terlibat pelayanan ini dengan kesediaannya menerima kehadiran tim kampanye Bangga Hutan Lindung Sungai Lesan untuk berdiskusi dan menggali bersama mengenai perspektif alkitab terkait isu konservasi atau pelestarian alam.

Mengawali diskusi fokus pada tanggal 11 April 2008 yang berlangsung di rumah pastoral dimana Darpinus dan keluarga tinggal, pria yang asli suku Dayak Punan ini mengatakan bahwa dalam alkitab secara spesifik tidak ada kata-kata yang menyebut konservasi atau pelestarian hutan. Tidak heran tatkala mempersiapkan diskusi pada hari Jumat malam itu Darpinus mengaku sempat bingung mencari ayat-ayat referensi dalam alkitab yang terkait isu-isu pelestarian alam atau konservasi sumberdaya alam. Tetapi syukurlah diskusi yang difasilitasi Ebe Agustina didampingi Andrianus (PEKOKA Hutan Lindung Sungai Lesan) berjalan lancar dan menghasilkan satu materi lembar kotbah bertemakan “Menjalankan Mandat Allah secara Positif dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam”. Lembar kotbah yang dihasilkan ini alhasil membuat Darpinus excited dan pria yang hampir 3 tahun menjadi gembala di Merapun ini terpanggil untuk melayani melalui pelayanan kotbah konservasi bagi umat yang digembalakannya.

Lagu Kampanye Hutan Lindung Sungai Lesan Tercipta

Teks oleh Ebe Agustina; foto oleh Ebe Agustina

Mastaniah adalah salah seorang perempuan asli dari kampung Muara Lesan – Kecamatan Kelay. Lahir dan besar di kampung Muara Lesan membuat Mastaniah terpanggil untuk mengembangkan dunia pendidikan di kampungnya dengan memilih profesi menjadi seorang guru. Ibu dua anak ini telah mengabdi menjadi guru sekolah dasar selama 9 tahun. Selain memiliki talenta mengajar, perempuan yang asli suku Berau ini juga adalah seorang seniman yang pandai bermain musik dan mencipta lagu. Menurut pengakuannya sejak kecil dia memang telah belajar mencipta lagu. Semasa mudanya Mastaniah yang tampak ramah ini juga dikenal sebagai penyanyi dangdut ‘top’ di Kecamatan Kelay. Ibu guru yang juga pengajar rebana dan pengurus PKK Muara Lesan ini tatkala Ebe Agustina – campaign conservation officer The Nature Conservancy - meminta bantuan untuk menciptakan lagu kampanye Hutan Lindung Sungai Lesan, maka dengan senang hati beliau bersedia membantu.

Berpasangan dengan Edy Sudianto yang 20 tahun yang lalu adalah pemain gitar pada kelompok band kecamatan, maka sore hari 25 April 2008 Mastaniah telah berhasil menciptakan syair lagu kampanye HLSL berirama dangdut. Walau sekian lama meninggalkan ‘panggung dangdut’, tetapi tidak perlu waktu yang lama bagi Mastaniah untuk menciptakan lagu yang inspiratif, sederhana dan dapat dinyanyikan oleh berbagai kalangan. Arrangement musik dari jari-jari ‘piawai’ tangan Edy Sudianto yang juga putra daerah Berau ini mempermanis alunan lagu kampanye HLSL karya cipta Mastaniah. ‘Uttan Lindung Sungai Lesan untuk Anak Cucunta’, demikian kira-kira dalam Bahasa Berau lagu kampanye Hutan Lindung Sungai Lesan yang diciptakan Mastaniah. Rencana lagu kampanye HLSL ini juga akan dibuat dalam berbagai bahasa daerah lokal kampung-kampung sekitar kawasan Hutan Lindung sungai Lesan. Terima kasih untuk Ibu Mastaniah atas kontribusinya demi konservasi di Hutan Lindung Sungai Lesan.
Hutan Lindung Sungai Lesan
Untuk Anak Cucu Kita

Ciptaan : Mastaniah
Vokal : Mastaniah
Arr. Musik : Edy Sudianto


Cintailah demi masa depan
Demi anak cucu kita sendiri
Peliharalah hutan yang ada di lesan
Semoga tetap utuh selama-lamanya

Reff :
Cintailah dan sayangilah dia
Agar semua, satwa hidup di dalamnya
Tumbuh-tumbuhan hidup dengan suburnya
Marilah jaga kelestarian bersama
Demi aku demi kamu demi kita semua
Demi aku demi kamu demi kita semua

Workshop Bersama Guru Susun Materi Panggung Boneka

Teks oleh Ebe Agustina; foto oleh Andrianus/Ari-Pekoka

Ebe Agustina dari The Nature Conservancy menfasilitasi workshop penyusunan materi panggung boneka untuk kampanye kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan di SDN 008 Merapun Kecamatan Kelay. Workshop yang diikuti para guru sekolah dasar dan guru sekolah minggu ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 April 2008. Para guru yang hadir yang berjumlah 6 orang mengatakan bahwa anak-anak memang sangat perlu mengetahui dan memahami potensi keanekaragaman, fungsi jasa lingkungan serta manfaat lain dari Hutan Lindung Sungai Lesan. Mereka juga berpendapat bahwa penggunaan panggung boneka sebagai media pembelajaran memang sangat menarik, menghibur dan disukai anak-anak.

Dari workshop sehari yang dimotori Pak Ricky (kepala SD Merapun) dan disambut positif Ibu Merlan, Ibu Sulis, Ibu Ani, Pak Abram dan Pak Kasim ini telah dihasilkan tujuan rencana pementasan panggung boneka dan satu cerita panggung boneka mengenai harmonisasi hidupan liar dalam hutan, konflik orang utan dan manusia di kampung serta pesan moral bahwa orangutan dan satwa liar lainnya yang termarjinalkan adalah korban ulah manusia yang kurang bijak mengelola sumberdaya hutan sehingga hutan sebagai habitat satwa liar semakin berkurang dan terdegradasi. Peserta workshop berharap program pendidikan lingkungan hidup melalui media-media alternatif seperti panggung boneka ini dapat terus dikembangkan di Merapun. Oleh sebab itu di akhir workshop para guru bersepakat akan mendukung pementasan panggung yang direncanakan Mei 2008 sebagaimana cerita yang telah mereka hasilkan. Pembuatan boneka tangan sebagaimana karakter/sifat dan ciri fisik para tokoh cerita yang telah dihasilkan, para guru pun bersedia terlibat lagi dalam proses pembuatan boneka tersebut.

Workshop bersama guru yang diselenggarakan pararel di desa-desa sekitar kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan ini memang bukan sekedar bertujuan untuk menyusun materi panggung boneka tetapi esensinya membangun kepemilikan guru atas program pendidikan konservasi melalui kampanye bangga kerjasama TNC dan RARE Indonesia. Terlebih lagi tentunya membangun kepemilikan para guru atas kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan. Bagaimana pun para pendidik adalah salah satu mata rantai yang menjadi ujung tombak terbangunnya kepemilikan komunitas lokal atas Hutan Lindung Sungai yang dipercaya masyarakat. Dari hasil survey yang dilaksanakan pada bulan Januari 2008 diketahui tokoh guru dipercaya 75,8% oleh masyarakat peladang di 7 desa sekitar Hutan Lindung Sungai Lesan.

Wednesday, April 9, 2008

Kampanye Pride: Langkah Nyata Pengelolaan Sumberdaya Alam secara Lestari

Bogor 1 - angkatan 1 Rare Pride Indonesia - atau lebih dikenal dengan PIZSA, sejak tanggal 24 Februari 2008, telah kembali ke IPB untuk merampungkan program kampanyenya. Kegiatan evaluasi, presentasi hasil, dan penulisan laporan akhir merupakan agenda utama selama 2 minggu kembali berada di Bogor.

Nigel Sizer (VP Rare Asia Pacific) bersama Elja


Pada tanggal 3 Maret 2008, kemunculan mascot Elang Jawa di Ruang Sonokeling, Departemen Kehutanan, menimbulkan tanda tanya pada banyak orang. Ternyata, Elang Jawa ini merupakan bagian dari Seminar Hasil Kampanye Pride bertema ”Langkah Nyata dalam Mendorong Perubahan Perilaku bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati” yang memaparkan hasil kampanye Pride yang dilakukan oleh 5 aktivis konservasi mitra ESP. Pentingnya perubahan perilaku bagi konservasi ini ditekankan pula oleh Ir. Darori, MM, Dirjen PHKA dalam sambutan pembukaannya “Perubahan perilaku untuk mau mengkonservasi hutan, bukan saja perlu dilakukan di tingkat masyarakat, tetapi juga dari pemerintah pusat dan daerah, serta seluruh pemangku kepentingan lain

Agus Wiyono (Yayasan Kaliandra Sejati – Jawa Timur), Panji Anom (YBL Masta – Jawa Tengah), Cut Meurah Intan (Yayasan Mapayah – NAD), Zakiah (Yayasan PeNA – NAD), Fransiska Ariantingsih (Yayasan Ekosistem Lestari – Sumatera Utara) adalah 5 Manajer Kampanye yang mewakili lembaganya masing-masing melalui mekanisme Small Grant Program untuk mengimplementasikan Kampanye Pride.

Direktur Kawasan Konservasi, Ir. Noor Hidayat, MSc - menutup Seminar Hasil Pride di PHKA

Sebelum mengimplementasikan kampanye di kawasan target, mereka diberi pendidikan dan pelatihan dalam menggunakan metodologi kampanye Pride di Institut Pertanian Bogor mulai Juni 2006 sampai dengan Agustus 2006. Pelaksanaan kampanye Pride sendiri berlangsung mulai September 2006 hingga Februari 2008 di kawasan masing-masing. Melalui Dana Hibah Kecil/USAID, ke-5 manajer kampanye ini berhasil merubah perilaku kelompok target dan mengurangi ancaman konservasi. Lebih daripada itu, terjadi peningkatan kapasitas dari ke-5 aktivis konservasi ini di dalam mengembangkan sebuah program konservasi berbasis masyarakat.

Agus Wiyono (Yayasan Kaliandra) berhasil mengurangi area yang terkena dampak kebakaran hutan dari 3,925 ha (tahun 2006) menjadi 86 ha (tahun 2007) serta meningkatkan dukungan public terhadap perlindungan kawasan Tahura R. Soerjo. Panji Anom (YBL MastA) di akhir kampanye merubah perilaku 55 KK yang tergantung pada sumberdaya hutan Potorono untuk menggunakan tungku hemat kayu bakar, sehingga berkontribusi terhadap penyelamatan kuranglebih 1800 m3 kayu yang dipotong untuk kayu bakar setiap bulannya. Fransiska Ariantiningsih (YEL) berhasil mendorong terciptanya diskusi dan kelompok kerja pada tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten Singkil dan pemangku kepentingan setempat dalam menyelamatkan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Zakiah (PeNA) melalui kampanye Pride berhasil mendorong terbangunnnya kembali kearifan lokal Pawang Uteun dalam pengelolaan hutan secara lestari. Sementara itu, Cut Meurah Intan (Mapayah) berhasil membangun swadaya masyarakat untuk mengembangkan teknik peternakan yang mengurangi konflik manusia dan harimau serta memperkuat kelompok peternak dalam dukungan terhadap penyelamatan DAS Krueng Kalo.

Selanjutnya, presentasi yang kedua dilakukan untuk kalangan akademisi dari Institut Pertanian Bogor serta berbagai LSM di Jakarta dan Bogor. Presentasi ini dilakukan di Ruang Rafflesia, Dep. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, dimana selama ini program Pride bernaung. Presentasi dari Angkatan 1 Pride Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PIZSA ini menerima tanggapan yang sangat positif dari undangan. Latipah Hendarti dari Rimbawan Muda Indonesia, menyatakan “Kerjasama yang telah dirintis antara Rare dan IPB merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi para LSM. Program ini merupakan kombinasi dari kerja lapang dan metode sistematis dan strategis untuk meningkatkan dampak kerja konservasi” . Namun demikian, sebagaimana diskusi yang terjadi pada presentasi sebelumnya, keberlanjutan dari perilaku baru yang mendukung konservasi merupakan isu utama yang dibahas.

PIZSA bersama Nigel Sizer & Dicky Simorangkir (Rare) & Prof. EKS Harini Muntasib (KSHE-IPB)


Panji Anom menjelaskan Pride yang dijalankan untuk penyelamatan hutan Potorono - Jawa Tengah


Fransiska Ariantiningsih menjelaskan Pride yang dijalankan untuk penyelamatan Suaka Margasatwa Rawa Singkil - Aceh Singkil
Zakiah menjawab pertanyaan dari undangan mengenai Pride untuk penyelamatan hutan Mukim Kueh, LhokNga, Leupung - Aceh Besar

Kampanye Pride sudah selesai... namun pekerjaan konservasi BELUM selesai! Masih banyak yang harus dikerjakan dan diteruskan. Rare juga terus memperbaiki program Pride sehingga bisa menjawab lebih banyak lagi persoalan konservasi yang ada di Indonesia.

Selamat bagi Angkatan 1 Pride yang telah berhasil mendorong perubahan perilaku yang nyata untuk konservasi di kawasan kerja masing-masing!

Tantangan: Siapa lagi yang bisa tampil jadi Cover Harian Berita untuk Pride?




Zakiah/Bogor 1 pada bulan Februari 2008 diliput pada sampul harian Serambi Post untuk kegiatan kampanye Pride. Siapa lagi yang bisa mengikuti jejaknya?




Tuesday, April 8, 2008

Project Plan Hutan Lindung Sungai Lesan

oleh: Ebe Agustina - TNC Berau


Project Plan Pride Campaign Lesan adalah dokumen akademik/ilmiah yang disusun sebagai panduan perencanaan operasional program kampanye di kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan. Project plan yang bisa diartikan sebagai ‘peta jalan (map road)’ telah disusun Ebe Agustina didukung anggota team The Nature Conservancy Program Terrestrial Kalimantan Timur lainnya. Penyusunan project plan yang dilakukan sekitar 3 minggu di bulan Februari 2008 ini disupervisi penuh Manager Course RARE Indonesia Hari Kushardanto.


Secara garis besar, project plan pride campaign Lesan terdiri dari penilaian kawasan (site assesement); analisa persepsi atau KAP (knowledges, attitude, practice) target audience; sasaran, detil kegiatan dan strategi pencapaian sasaran serta indikator pencapaian dan rencana pemantauan. Agar pencapaian sasaran konservasi di Lesan bisa tercapai sebagaimana yang dituliskan alam project plan ini, maka langkah selanjutnya project plan yang telah disusun ini dalam tahapan proses konsultasi dan sosialisasi dengan berbagai divisi di internal TNC, Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan serta pihak-pihak yang terkait. Bagaimana pun, program pride campaign yang bisa dilihat logical frame-nya dalam project plan adalah program yang terintegrasi dengan program yang lain. Dimana, harapannya dukungan terhadap konservasi di kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan akan meningkat dan semakin kuat.




Beberapa tahapan telah dilalui untuk mendapatkan informasi dalam mengembangkan project plan ini. Diantaranya adalah: pertemuan stakeholder, diskusi kelompok terfokus dan survei pra-kampanye.





(Keep smiling ya Be .... :) )