Tuesday, October 2, 2007

Membangun Opini Publik dengan Kunjungan Wartawan


oleh:
Fransiska Ariantiningsih/YEL


Sebagai bagian dari upaya untuk memperluas pesan kampanye bangga melalui media baik cetak maupun elektronik sekaligus untuk lebih memperkenalkan keberadaan kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil kepada masyarakat luas, maka pada tanggal 7 – 9 September 2007, dilaksanakan kegiatan Jurnalis Visit. Kegiatan yang dilaksanakan di kecamatan Singkil dan kecamatan Kuala Baru ini diikuti oleh 10 wartawan yang terdiri dari wartawan media lokal dan media nasional.

Selama dua hari, wartawan diajak berkunjung secara langsung ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan mengikuti rangkaian diskusi dengan masyarakat dan BKSDA. Di hari pertama, para jurnalis didampingi oleh Kepala BKSDA Seksi Wilayah II Aceh - Afan Absori ST, dan pemangku adat Kuala Baru – Panglima Uteun, diajak untuk mengenal dari dekat keindahan alam dan kekayaan keanekaragaman hayati yang terdapat dalam kawasan.

Walaupun tidak dapat bertemu dengan satwa kharismatik yang hidup dalam kawasan – orangutan sumatera (Pongo abelii), namun keindahan dan kekayaan keanekaragaman hayati yang dijumpai selama perjalanan telah menimbulkan kekaguman bagi jurnalis. Seperti diungkapkan oleh Wismi, wartawati Kompas, ketika ditanya pendapatnya oleh Pak Mukim, “Suaka Margasatwa Rawa Singkil adalah sebuah kawasan yang memiliki keindahan alam sekaligus keanekaragaman hayati yang begitu menakjubkan. Dalam berbagai perjalanan lapangan saya, hanya ditempat ini saya bisa menjumpai beragam tipe ekosistem dalam suatu wilayah”.

Selain berkunjung ke dalam kawasan suaka margasatwa, para jurnalis juga berkesempatan untuk mengekplorasi kehidupan masyarakat Kuala Baru, melihat Kasap - kerajinan sulam khas daerah ini. Selain itu juga mengunjungi daerah pertanian yang sedang dikembangkan oleh penduduk dari salah satu desa di kecamatan Kuala Baru.


Dalam kunjungan ke daerah pertanian yang berbatasan dengan suaka margasatwa ini, para jurnalis mendapatkan kejutan yang menyenangkan. Satwa endemik sumatera yang juga adalah maskot Kampanye Bangga Rawa Singkil, berkenan untuk menampakkan dirinya kepada rombongan wartawan yang sedang meninjau lokasi pertanian di desa Sukajaya. Sesaat penat dan panas yang dirasakan dalam perjalanan langsung menghilang berganti dengan rasa excitement yang begitu besar. Serentak berbagai peralatan dokumentasi yang ada terarah untuk merekam setiap gerakan dari satwa kharismatik ini. Dan siang itu, mata serta kamera para wartawan yang ikut serta dalam Jurnalis visit ini terpuaskan oleh aksi si Abel.

Kegiatan diskusi yang dilaksanakan selama jurnalis visit ini juga menjadi ajang curhat dan tanya jawab antara pihak – pihak terkait seperti masyarakat dan BKSDA, dan Bapedalda. Isu yang didiskusikan antara lain permasalahan tata batas kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan pembuatan jalan lintas Singkil – Kuala Baru. Melegakan menyaksikan dialog yang mulai terbuka antara masyarakat dan BKSDA!
(Berbagai media cetak dan radio lokal, telah memuat dan menyiarkan hasil kunjungan wartawan ini)

PREPARATION IS EVERYTHING!

Sebuah Kisah Di Balik Pelaksanaan Multistakeholder Meeting Muara Angke - 26 Sept 07

oleh: Edy Sutrisno/JGM-FFI
Magic 7

Persiapan pelaksanaan multistakeholder Muara Angke hanya sekitar satu minggu, mulai dari meyakinkan niat-ini merupakan yang terberat-karena perhitungannya adalah dalam seminggu?(*beneran neh?*). Menggabungkan pede dan nekat (sedikit panik) akhirnya disepakati bersama tim Angke, bahwa tanggal 26 September 2007 dilaksanakan pertemuan stakehoder. Setelah itu dilakukan persiapan-persiapan yang bikin spaneng, mulai kirim analisis stakeholder ke mas hari mbak sari (*MARIMARI*), nelpon mbak sari sekedar nanya isi surat undangan, meyakinkan institusi penyelenggara untuk mengadakan pertemuan ini, menyebarkan undangan dan mengajukan request dana.

Dari hasil diskusi dengan MARIMARI serta info dari Panji ternyata berdasarkan pengalaman pertemuan stakeholder memerlukan waktu sekitar satu hari (kasus Panji dimulai pukul 10.00) yang dilanjutkan dengan buka. Sementara setelah semalaman diskusi dengan institusi penyelenggara pertemuan nanti (KPKA) di malam sebelumnya disepakati untuk memulai pertemuan setelah ashar (pukul 15.30 WIB). Akhirnya setelah dicoba untuk dikonfirmasi ke teman-teman di Kapuk, hasilnya sangat menggembirakan. Pertemuan tetap dilaksanakan setelah Ashar. Bagus!!!!!!!!!

Hari H pun tiba, berbekal contekan dari imel MARIMARI yang sengaja di print, sudah sejak pukul 13 lewat Aku, Hendra dan satu orang relawan JGM (disembunyikan namanya untuk mengantisipasi dimintai nomer HP oleh pak Saleh) sudah tiba di kantor kelurahan Kapuk Muara dan menguasai ruang pola di lantai 3 yang rencananya akan dijadikan tempat pertemuan untuk melakukan persiapan akhir
(PEMBELAJARAN 1. PERSIAPKAN ALAT DAN BAHAN SEBELUMNYA).

Pukul 15.30 yang hadir sudah ditambah beberapa teman KPKA (komunitas lokal mitra JGM) tapi belum kelihatan batang hidungnya para undangan. Antara pasrah dan panik sudah tidak bisa dibedakan lagi.

Pukul 16.00 lebih, mulai berdatangan para undangan. Akhirnya pukul 16.15 acara dimulai. Gabungan kelelahan akibat menunggu, panik, dan puasa membuat semua yang direncanakan menjadi berantakan, kata-kata pembuka yang sudah dipersiapkan sedemikian bagusnya menjadi tidak keruan. Tapi the show must go on, mulai dari sambutan dari panitia disambung dengan sambutan dari Lurah dan dilanjutkan dengan penyampaian cerita mengenai Angke oleh Bu Romelah selaku orang yang paling tua di komunitas untuk memberikan konteks pada diskusi nantinya, kegiatan terus bergulir. Jadwal yang telah direncanakan akhirnya mengalami beberapa perubahan, dari yang sambutan seharusnya hanya dari Lurah menjadi bertambah dari KPKA dan JGM, dari cerita yang disampaikan oleh Bu Romelah ternyata harus diarahkan menjadi ajang tanya jawab

(PEMBELAJARAN 2. KONSISTEN PADA JADWAL YANG SEHARUSNYA KONSISTEN DAN FLEKSIBEL PADA JADWAL YANG BISA FLEKSIBEL).

50 peserta yang hadir, meliputi utusan masyarakat, pemerintah kelurahan, dinas tata kota dan dinas kebersihan. Masuk pada penyampain alur diskusi dilanjutkan dengan diskusi penentuan faktor langsung dan faktor tidak langsung, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 lebih. Jalannya proses timpang karena ternyata di awal peserta masih belum memahami alur dan penjelasan di awal

(PEMBELAJARAN 3. BERI PENJELASAN SEJELAS-JELASNYA MENGENAI ALUR DAN KOMPONEN ALUR (FAKTOR UTAMA, FAKTOR TIDAK LANGSUNG, ETC.).

Saat pembuatan kelompok kecil pun peserta tidak beranjak dari tempat duduknya, sehingga fasilitator harus mengarahkan pembagian kelompok (pembagian kelompok menjadi tidak jelas). Sebagian peserta juga ada yang lebih memilih memberikan pendapat dengan berbicara dibanding menulis, sehingga pendekatannya adalah fasilitator mendekat ke peserta dan menulis di kertas. Untuk mempersingkat waktu, peserta dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang dimana setiap kelompok diminta untuk menuliskan 3 faktor langsung. Dalam penjelasan mengenai faktor langsung agak tersendat karena kekurang fahaman dalam menerima penjelasan (*atau yang memberikan penjelasan yang gak bisa memberi penjelasan???*). Setelah agak terbata-bata dan banyak intervensi fasilitator (PLEASE MINIMIZE THIS AT YOUR SITE) terbentuk lah komponen faktor langsung. Terdapat 11 faktor langsung versi hasil diskusi. Setelah itu tanpa menunggu lama lagi, setelah berulang kali menanyakan ke peserta mengenai ketidakfahaman atau ada hal yang perlu ditambahkan diskusi kembali dilanjutkan menyusun faktor tidak langsung.

Dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti mendeskripsikan faktor langsung, yaitu dengan kelompok kecil yang sama mulai dicari faktor tidak langsung. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30. Setelah terkumpul semua faktor tidak langsung dikelompokkan lagi. Pengelompokkan faktor tidak langsung memakan waktu kurang lebih 10 menit. Diteruskan dengan menghubungkan antara faktor tidak langsung dengan faktor langsung. Belum seluruhnya selesai menghubungkan faktor tidak langsung dengan faktor langsung, waktu buka sudah masuk sehingga diskusi dihentikan hingga selesai sholat maghrib. Selama berbuka dan sholat magrib diadaka diskusi informal mengenai jalannnya proses dan disepakati diskusi dihentikan dan untuk tindaklanjutnya dibuat tim perumus yang terdiri dari KPKA dan JGM yang hasilnya akan didistribusikan kepada peserta untuk dimintai tanggapannya. Diakhir penutup, ada peserta yang meminta untuk dibacakan ulang hasil diskusi tersebut.

Akhirnya, satu minggu begadang lunas sudah, dengan selesainya pertemuan stakeholder tersebut. Walaupun belum selesai dan menyisakan tugas tambahan serta tidak seluruhnya undangan hadir namun paling tidak ini merupakan pertemuan pertama warga yang dihadiri masyarakat Kapuk Muara yang membicarakan masalah lingkungan.

PEMBELAJARAN 4. PASTIKAN DAN YAKINKAN PENJELASAN KEPADA ASISTEN FASILITATOR

PEMBELAJARAN 5. JIKA PENGUNDANG BUKAN LEMBAGA SENDIRI PASTIKAN MEREKA SANGAT FAHAM LEBIH DULU

PEMBELAJARAN 6. PERSIAPKAN PERSIAPAN DAN PERSIAPKAN LAGI

PEMBELAJARAN 7. SAAT BUKA JANGAN LUPA UNTUK MEMBATALKAN