Thursday, December 27, 2007

Surat Akhir Tahun kepada On Kayee*

* On Kayee adalah kelompok volunteer peduli konservasi, beranggotakan siswa SMU di Jantho


Persembahan Akhir Tahun


oleh: Cut Meurah Intan

Mei kemarin, kakak teringat ketika kita bercerita tentang hutan dengan sejuta makna
Kalian bersemangat memilih kata, memberi nada membentuk irama
Agar manfaat hutan dapat didengar banyak telinga...



Desember ini, kakak menjadi saksi bahwa bulan ini kalian sangat bahagia
Masuk dapur rekaman dengan penuh suka cita
Azmi yang pemalu jadi girang tak tahu malu
Restu yang bikin lagu, serasa melayang, rasa tak menentu
Ola, Nita,Tia dan Melda , hari itu kalian tertawa saja
Agus, Erwin, Sri dan Nindia, kalian bilang ini jadi pengalaman tak terlupa


Kebahagiaan itu akan lebih sempurna jika...
Lagu ini bisa seumpama rencong yang runcing menembus kedalaman jiwa
Seumpama tari seudati yang membangkitkan rasa bangga
Seumpama cakradonya yang gaungnya membahana....
Adik-adikku terima kasih,
Semoga harapan kalian untuk melihat hutan lestari menjadi nyata
Dan..lagu ini akan menjadi persembahan di akhir tahun Kampanye Bangga yang akan kakak ingat selamanya...


Love,
Kak Itjut

Pada suatu hari di SDN IV Dayurejo ...

oleh Tim Kaliandra Sejati

Pertunjukan panggung boneka yang dilaksanakan di SDN IV Dayurejo selau mundur dari jadwal yang direncanakan. Banyak permasalahan yang menyebabkan tertundanya kegiatan tersebut. Mulai dari kegiatan midsemester, pertemuan kepala sekolah se-gugus 6 Kec. Prigen sampai dengan alasan yang tidak jelas disampaikan kepada tim Pride.

Akhirnya pada hari Sabtu bapak guru dari sekolah SDN IV Dayurejo menghubungi tim Pride bahwa pertunjukan panggung boneka bisa dilaksanakan hari senin tanggal 25 Nopember 2007 jam 09.00 wib. Hari itu juga tim berkoordinasi, Tajuri bertanggung jawab di media, Eva yang mengkoordinir kegiatan acara pertunjukan dan Fathur dokumentasi dan kuis (hadiah).
Hari Senin pagi-pagi sekali tim melakukan persiapan. Salah satu dari tim tidak datang yaitu Eva karena ada kegiatan dengan keluarga. Kekurangan tim tidak menjadikan gagalnya rencana kegiatan. Tepat jam delapan tim yang tinggal Tajuri dan Fathur berangkat menuju Sekolah dengan semua perlengkapan. Sesampainya di sekolah tim di sambut oleh Bapak Suligi, guru pengkoordinir panggung boneka di sekolah. Di ruang kepala sekolah di sambut oleh Bapak Suhartono sebagai kepala sekolah SDN IV Dayurejo. Setelah berbasa-basi sebagai bumbu pembicaraan, tim menerangkan maksud kedatangannya. Kepala sekolah menyampaikan permohonan maaf kepada tim Pride karena beberapa kali rencana kegiatan pertunjukan panggung boneka di sekolah ini tertunda. Saat jam dinding menunjukkan angka delapan lebih empat puluh delapan, pembicaraan mulai diakhiri.

Tim kemudian meminta ijin kepada pak Suhartono untuk mempersiapkan pertunjukan. Tim mulai beraksi untuk mempersiapkan dengan merangkai panggung, sound sistem dan perlengkapan lainnya. Menjelang jam sembilan, tepatnya kurang tujuh menit, siswa mulai keluar dari kelas karena sudah jam istirahat.
Jam sembilan lebih lima menit bel sekolah berbunyi tanda istirahat. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Panggung boneka yang dipasang oleh tim Pride menjadi sasaran serbuan mereka. Seperti ada yang aneh di sekolah mereka. Bapak Suligi kemudian mengendalikan keadaan siswa yang begitu riang berkerumun di dekat panggung dan memerintahkan kepada siswa “anak-anak minggir dulu biar teman-teman yang mau main boneka panggung bisa lewat” ucapnya sembari “menggiring” delapan siswa yang akan memerankan pertunjukan panggung boneka. Siswa yang tidak sabar bertanya kepada pak guru “Pak, saya boleh lihat pak?” tanya seorang siswa kepada pak Suligi. Sepertinya anak-anak belum tahu kalau hari itu memang diadakan pertunjukan untuk semua siswa di sekolah.

Sebagian siswa duduk di depan panggung dan sebagian lagi berteduh di bawah pohon kelengkeng di halaman sekolah. Terik matahari yang membuat mereka agak menjauh dari panggung karena hari itu memang sangat panas sekali. Tiba-tiba terdengar “Pada suatu hari, di sekolah…..“ kata-kata yang keluar terdengar nada menggelegar tidak seperti suara anak-anak. Padahal peserta yang menjadi pemeran panggung boneka adalah anak-anak kelas enam. Ternyata itu adalah suara bapak suligi yang mengawali acara panggung. Yang tadinya siswa berada jauh dari panggung, segera berlarian mendekat ke panggung. Mereka sepertinya tidak memperdulikan panasnya matahari. Semua siswa dengan tenang mendengarkan dialog yang dilakukan oleh siswa kelas enam. Dialog dilakukan dari dalam panggung sehingga pemerannya tidak diketahui oleh siswa yang lain.


Hampir tidak ada suara selama pertunjukan dilakukan. Tenang dan hanya sesekali siswa tertawa dengan adegan yang diperankan. Terutama saat adegan di hutan. “ee… keliru” kata salah satu pemeran. Cerita yang dibawakan memang sangat serius tidak banyak mengundang tawa penonton. Akan tetapi tidak mengurangi antusias penonton untuk mengikuti jalannya cerita.

Di akhir acara semua pemain berdiri. Dan tahulah semua siswa siapa saja yang memerankan pertunjukan. Kemudian acara pertunjukan ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan kuis yang disampaikan oleh para pemeran pertunjukan. Tim Pride menyediakan hadiah kepada siapa saja yang menjawab pertanyaan yang disampaikan. Setelah pertanyaan dari para pemain kemudian bapak gurunya juga memberikan pertanyaan.

Monday, December 17, 2007

Saling Tolong-Menolong ... itulah Keluarga Pride!

(dari monitoring trip nya Rare ke Jawa Tengah - Panji Anom/YBL Masta & Sri Ulie Rakhmawati/ Yayasan Kanopi Indonesia)

Hingga saat ini sudah ada total 19 Kampanye PRIDE di Indonesia .. yang sudah selesai, sedang berjalan, maupun baru akan dimulai ..... program nya bukan saja kompetitif, tapi juga berat dan menuntut komitmen, kerja keras, dan kesungguhan hati yang tinggi .... tapi tak perlu kuatir ... seperti juga keluarga ... para manajer kampanye Pride ibarat sebagai sebuah keluarga .... bantuan, sumbang saran, sumbang tenaga akan selalu disediakan dan diberikan untuk sesama anggota keluarga ...... !





Akbar - Kent 5 - membantu Panji - Bogor 1 - di Magelang untuk pelatihan interpreter (Ds. Sutopati, 10-11 Desember 2007)

Setelah berdebat dan berdiskusi, makan bareng, bercanda bareng ....

Kent 1, Kent 5, Bogor 1 di satu tempat yang sama, pada waktu yang sama ....


Bogor 1, Bogor 2, pada tempat yang sama, di waktu yang sama , saling membantu .....

Kent 1, Kent 5, Bogor 2 & asisten nya di TN G. Merapi ....


Tungku hemat-energi: solusi alternatif mengurangi pemakaian kayu bakar

oleh: Panji Anom (YBL Masta)

Bagi ibu-ibu di Desa Sukomakmur, Kec. Kajoran, Magelang, berjalan kaki menanjak menuju hutan selama 4 jam dan memanggul 50 kilogram ikatan kayu bakar adalah kegiatan yang sudah biasa. Kegiatan yang dilakukan ini memenuhi kebutuhan kayu bakar untuk memasak dan juga untuk dijual selama kurang lebih 3 hari. Harga 10 kg kayu bakar adalah Rp 20,000. Setiap bulan 2 kuintal kayu digunakan untuk memasak. Total kebutuhan satu keluarga terhadap kayu bakar adalah 3 -5 ton per tahunnya. Tuntutan untuk menghidangkan makanan bagi keluarga telah mengalahkan rasa lelah dan juga mengabaikan keseimbangan alam.

Dalam rangkaian Kampanye Pride di kawasan ini, salah satu usaha untuk mengurangi pengambilan kayu bakar di hutan maka diperlukan suatu teknologi sederhana yang dapat siap diadopsi oleh masyarakat di Sukomakmur. Tungku-hemat kayu bakar, merupakan satu solusi yang terpikirkan oleh YBL Masta. Teknologi ini awalnya dikembangkan oleh Jaringan Kerja Tungku Indonesia yang digagas oleh Yayasan Dian Desa dan juga sudah digunakan di Wonosobo dan Klaten .

Pendekatan pun dilakukan melalui para ibu yang tergabung dalam kelompok PKK dan Dasa Wisma. Rangkaian diskusi dilakukan sehingga terkumpullah 20 orang ibu dan 20 orang bapak warga Desa Sukomakmur (6 dusun), dibantu 2 narasumber dan 5 fasilitator yang bersedia berlatih bersama untuk membuat tungku hemat kayu bakar ini. Manfaat yang ditawarkan dengan menggunakan tungku ini membuat para ibu bersemangat untuk mengembangkan teknologi ini.

Tungku ini idealnya terbuat dari tanah liat, namun karena materi ini tidak tersedia di Sukomakmur maka semen menjadi bahan baku alternatif. Tungku dengan 2 lubang berbentuk kotak dengan ukuran 30 cm X 70 cm X 20 cm. Perbedaan tungku ini dari tungku yang biasa digunakan oleh ibu-ibu di Sukomakmur adalah dari konstruksi aliran energi, yang dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi pembakaran yang lebih efektif. Biaya produksi satu buah tungku sekitar Rp 60,000. Sementara jika membeli tungku yang biasa, harganya adalah Rp 25,000 satu lubang api, padahal biasanya minimal satu dapur membutuhkan 3 lubang apai. Sementara manfaat dan kelebihan yang ditawarkan adalah berkurangnya asap karena pembakaran lebih efektif, serta berkurangnya penggunaan kayu bakar hingga 50%. Bagi para ibu, ini bukan saja mengurangi pengeluaran harian, juga memberikan waktu yang lebih berkualitas bagi anak dan keluarga, juga memberikan kesehatan yang lebih baik.

Rencana tindak lanjut dari para peserta pelatihan ini adalah menjadi kader di dusun masing-masing yang bertanggung jawab untuk mensosialisasikan dan mengajarkan teknologi hemat energi ini. Lebih jauh lagi, 1300 KK menyatakan ketertarikannya dan secara swadaya akan membuat dan menggunakan tungku ini di setiap rumah di Sukomakmur.

Pak Budi, Sekretaris Desa Sukomakmur, saat ini telah 1 bulan menggunakan tungku ini. Dan sudah menceritakan kepada orang-orang di sekitar rumah beliau. "Wah, ini sudah satu minggu saya tidak naik ke tempat penyimpanan kayu! Biasanya 2 hari sekali pasti naik ke atas untuk turunkan kayu untuk masak! Aneh juga ... sekarang jadi bisa mengerjakan hal-hal lain dengan waktu yang ada ..... " sambil tertawa Pak Budi menceritakan keuntungannya menggunakan tungku hemat energi ini. Dengan penuh semangat dan antusiasme berkata "Bayangkan kalau semua warga Sukomakmur menggunakan tungku ini! Target saya semua orang di desa akan menggunakan tungku ini, bukan saja menjadi lebih hemat dari segi uangnya, tapi juga hutan kita yang tersisa itu bisa terjamin kelestariannya".

Adopsi teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan saja meringankan dan memberi kenyamanan bagi para ibu, memberikan waktu yang berkualitas bagi keluarga namun juga dalam jangka panjang berkontribusi terhadap lestarinya hutan Potorono yang masih tersisa.

Wednesday, December 12, 2007

Festival Hutan - Membangun Rasa Memiliki dan Kebanggaan


oleh: Cut Meurah Intan/Yayasan Mapayah


Desember ke 9, festival hutan usai digelar. Dimulai dengan kontes masak, ibu-ibu menjawab kuis tanpa gentar. Berlanjut dengan lomba dai yang seminggu sebelumnya mereka dibekali. Kuis Keluarga Bangga yang harus tertunda karena sulitnya mencari peserta, si ibu mau tapi bapaknya malu. si bapak berani, si anak gak percaya diri. Karena formatnya keluarga maka butuh waktu untuk mencari sementara dalam minggu itu warga kampung persiapan pemilihan kades yang serentak di mana-mana.

Dengan sangat sederhana hajat festival dilaksanakan juga, hampir 100 orang hadir di Pusat Latihan Gajah Sumatera.Pagi itu hujan deras, sangat deras sehingga lapangan tempat acara digelar becek diguyur hujan, tepat pukul 12 siang kabut tebal, tebaal sekali sehingga si gajah beneran yang direncanakan akan memberikan hadiah tidak dapat dihadirkan. Si gajah harus diambil dulu menggunakan truk pengangkutan sementara kendaraan tidak bisa jalan. Stelah dhuhur, hujan deras kembali mengguyur. Memang hari itu banyak sungai meluap, banyak daerah kebanjiran, seolah memberikan bahan renungan tentang kondisi hutan sekarang. Namun anak-anak tetap semangat membuat dan menciptakan puisi, ceramah konservasi pun disampaikan menembus kabut tebal masuk ke hati pendengar.
Wartawan Aceh TV bersedia datang untuk meliput agar bisa diketahui lebih banyak orang.
Acara sore itu kututup dengan kebahagiaan sekaligus sedih juga, karena ada 2 kegiatan yang tertunda, lomba lagu dan kuis keluarga bangga...waktu seminggu ternyata kurang untuk menarik peserta.

Akhirnya kekurangan memang milik hamba, terima kasih masyarakat karena kalian aku bisa. Mapayah kau dimana....?

Wednesday, November 28, 2007

Selamatkan Tahura R. Soerjo melalui Lagu





Suket Teki -- beranggotakan 7 pemuda - telah menciptakan lagu-lagu untuk mendukung penyelamatan Tahura R. Soerjo di Jawa Timur.

Matul berkunjung ke sekolah ....


Cerita dari Kegiatan Kunjungan Sekolah

oleh: Agus Wiyono & Tim (Yayasan Kaliandra Sejati)


Kegiatan kunjungan sekolah dengan pertunjukan kostum kali ini di lakukan di MI Miftahul Falah Jatiarjo tanggal 27 Oktober 2007. Pertunjukan dilakukan jam 08.00 wib. Tim yang terlibat hanya sisa tiga orang. Dua orang pemeran kostum macan tutul dan lutung jawa dan satu orang sebagai fasilitator. Tim kampanye tiba jam 07.30 wib melakukan persiapan media dan perlengkapan lainnya.


Tiba waktunya pertunjukan dimulai. Semua siswa dikumpulkan di halaman sekolah. Siswa MI Miftahul Falah mencapai 159 anak dari kelas satu sampai kelas enam. Pertunjukan diawali dengan perkenalan. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi tentang hutan Tahura R. Soerjo. Pertama Fathur yang memberikan presentasi bertanya kepada siswa ”siapa yang tadi pagi mandi ?” serentak mereka menjawab ”saya...!!” kemudian ” berapa kali ?” dan dengan pertanyaan ” air yang teman-teman pakai untuk madi itu berasal dari mana ?”. rata-rata mereka tahu kalau air yang mereka gunakan itu berasal dari hutan.


Tak lama, Fathur pun berkata, "Saya datang bersama 2 teman baru .. ada yang mau kenalan?" Matul dan Luja pun hadir di kelas!. Semua siswa menyimak presentasi yang di sampaikan dengan tenang tanpa ada yang bicara satupun seakan mereka menyadari kalau selama ini hutan yang menyediakan air untuk mereka sehari-hari sekarang keadaannya rusak.


Yang mengejutkan adalah saat ditanya tentang apa saja yang mengakibatkan rusaknya hutan adalah ” penebangan kayu Pak..” kata M. Doul, ”orang bikin areng itu Pak..” kata Fatimah (9 tahun) siswa kelas 4 . Spontan saja salah seorang guru yang memerhatikan ucapan siswa tadi berkata ” Lho.... siapa yang memberi tahu...?” ucapnya.


Di akhir pertunjukan Tim berpesan kepada semua siswa, agar memberitahukan apa yang mereka dapatkan pelajaran tentang pentingnya hutan kepada orang tua masing-masing.


Terakhir, para guru berpesan secara lisan kepada tim. ”Mudah-mudahan bisa sering dilakukan di sekolah ini agar anak faham pentingnya hutan sejak awal” kata Bapak Asya’ari guru sekolah tersebut. Bapak Akhmad selaku mediator kegiatan ini berpesan ” sering-sering memberi pujian kepada siswa yang bisa menjawap pertanyaan dengan benar, disamping hadiah yang diberikan”.


Kegiatan pertunjukan kali ini bertepatan dengan pertemuan guru-guru MI se kecamatan Prigen. Salah satu guru dari desa Sukoreno meminta ”bisakah kegiatan seperti ini dilakukan di sekolah kami” pinta bapak H. Sulthon.

Sunday, November 11, 2007

Dale Galving - VP Operation Rare - menyusuri Kali Angke

Jakarta, 7 November 2007

..... "Ini sungguh mengerikan, sungai dipenuhi sampah dan pencemaran. Tidak terbayangkan sebelumnya" ujar Dale saat menyusuri Kali Angke. Setelah melihat parahnya pendangkalan teluk Jakarta oleh sampah, perjalanan berlanjut ke Rt 6 Kapuk Muara untuk melihat pengelolaan sampah berbasis masyarakat. ..."


Berita lengkapnya, klik Rumah Virtual Jakarta Green Monster, berikut ini:
http://jakartagreenmonster.com/a.php?q=84&c=1

Tuesday, October 2, 2007

Membangun Opini Publik dengan Kunjungan Wartawan


oleh:
Fransiska Ariantiningsih/YEL


Sebagai bagian dari upaya untuk memperluas pesan kampanye bangga melalui media baik cetak maupun elektronik sekaligus untuk lebih memperkenalkan keberadaan kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil kepada masyarakat luas, maka pada tanggal 7 – 9 September 2007, dilaksanakan kegiatan Jurnalis Visit. Kegiatan yang dilaksanakan di kecamatan Singkil dan kecamatan Kuala Baru ini diikuti oleh 10 wartawan yang terdiri dari wartawan media lokal dan media nasional.

Selama dua hari, wartawan diajak berkunjung secara langsung ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan mengikuti rangkaian diskusi dengan masyarakat dan BKSDA. Di hari pertama, para jurnalis didampingi oleh Kepala BKSDA Seksi Wilayah II Aceh - Afan Absori ST, dan pemangku adat Kuala Baru – Panglima Uteun, diajak untuk mengenal dari dekat keindahan alam dan kekayaan keanekaragaman hayati yang terdapat dalam kawasan.

Walaupun tidak dapat bertemu dengan satwa kharismatik yang hidup dalam kawasan – orangutan sumatera (Pongo abelii), namun keindahan dan kekayaan keanekaragaman hayati yang dijumpai selama perjalanan telah menimbulkan kekaguman bagi jurnalis. Seperti diungkapkan oleh Wismi, wartawati Kompas, ketika ditanya pendapatnya oleh Pak Mukim, “Suaka Margasatwa Rawa Singkil adalah sebuah kawasan yang memiliki keindahan alam sekaligus keanekaragaman hayati yang begitu menakjubkan. Dalam berbagai perjalanan lapangan saya, hanya ditempat ini saya bisa menjumpai beragam tipe ekosistem dalam suatu wilayah”.

Selain berkunjung ke dalam kawasan suaka margasatwa, para jurnalis juga berkesempatan untuk mengekplorasi kehidupan masyarakat Kuala Baru, melihat Kasap - kerajinan sulam khas daerah ini. Selain itu juga mengunjungi daerah pertanian yang sedang dikembangkan oleh penduduk dari salah satu desa di kecamatan Kuala Baru.


Dalam kunjungan ke daerah pertanian yang berbatasan dengan suaka margasatwa ini, para jurnalis mendapatkan kejutan yang menyenangkan. Satwa endemik sumatera yang juga adalah maskot Kampanye Bangga Rawa Singkil, berkenan untuk menampakkan dirinya kepada rombongan wartawan yang sedang meninjau lokasi pertanian di desa Sukajaya. Sesaat penat dan panas yang dirasakan dalam perjalanan langsung menghilang berganti dengan rasa excitement yang begitu besar. Serentak berbagai peralatan dokumentasi yang ada terarah untuk merekam setiap gerakan dari satwa kharismatik ini. Dan siang itu, mata serta kamera para wartawan yang ikut serta dalam Jurnalis visit ini terpuaskan oleh aksi si Abel.

Kegiatan diskusi yang dilaksanakan selama jurnalis visit ini juga menjadi ajang curhat dan tanya jawab antara pihak – pihak terkait seperti masyarakat dan BKSDA, dan Bapedalda. Isu yang didiskusikan antara lain permasalahan tata batas kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan pembuatan jalan lintas Singkil – Kuala Baru. Melegakan menyaksikan dialog yang mulai terbuka antara masyarakat dan BKSDA!
(Berbagai media cetak dan radio lokal, telah memuat dan menyiarkan hasil kunjungan wartawan ini)

PREPARATION IS EVERYTHING!

Sebuah Kisah Di Balik Pelaksanaan Multistakeholder Meeting Muara Angke - 26 Sept 07

oleh: Edy Sutrisno/JGM-FFI
Magic 7

Persiapan pelaksanaan multistakeholder Muara Angke hanya sekitar satu minggu, mulai dari meyakinkan niat-ini merupakan yang terberat-karena perhitungannya adalah dalam seminggu?(*beneran neh?*). Menggabungkan pede dan nekat (sedikit panik) akhirnya disepakati bersama tim Angke, bahwa tanggal 26 September 2007 dilaksanakan pertemuan stakehoder. Setelah itu dilakukan persiapan-persiapan yang bikin spaneng, mulai kirim analisis stakeholder ke mas hari mbak sari (*MARIMARI*), nelpon mbak sari sekedar nanya isi surat undangan, meyakinkan institusi penyelenggara untuk mengadakan pertemuan ini, menyebarkan undangan dan mengajukan request dana.

Dari hasil diskusi dengan MARIMARI serta info dari Panji ternyata berdasarkan pengalaman pertemuan stakeholder memerlukan waktu sekitar satu hari (kasus Panji dimulai pukul 10.00) yang dilanjutkan dengan buka. Sementara setelah semalaman diskusi dengan institusi penyelenggara pertemuan nanti (KPKA) di malam sebelumnya disepakati untuk memulai pertemuan setelah ashar (pukul 15.30 WIB). Akhirnya setelah dicoba untuk dikonfirmasi ke teman-teman di Kapuk, hasilnya sangat menggembirakan. Pertemuan tetap dilaksanakan setelah Ashar. Bagus!!!!!!!!!

Hari H pun tiba, berbekal contekan dari imel MARIMARI yang sengaja di print, sudah sejak pukul 13 lewat Aku, Hendra dan satu orang relawan JGM (disembunyikan namanya untuk mengantisipasi dimintai nomer HP oleh pak Saleh) sudah tiba di kantor kelurahan Kapuk Muara dan menguasai ruang pola di lantai 3 yang rencananya akan dijadikan tempat pertemuan untuk melakukan persiapan akhir
(PEMBELAJARAN 1. PERSIAPKAN ALAT DAN BAHAN SEBELUMNYA).

Pukul 15.30 yang hadir sudah ditambah beberapa teman KPKA (komunitas lokal mitra JGM) tapi belum kelihatan batang hidungnya para undangan. Antara pasrah dan panik sudah tidak bisa dibedakan lagi.

Pukul 16.00 lebih, mulai berdatangan para undangan. Akhirnya pukul 16.15 acara dimulai. Gabungan kelelahan akibat menunggu, panik, dan puasa membuat semua yang direncanakan menjadi berantakan, kata-kata pembuka yang sudah dipersiapkan sedemikian bagusnya menjadi tidak keruan. Tapi the show must go on, mulai dari sambutan dari panitia disambung dengan sambutan dari Lurah dan dilanjutkan dengan penyampaian cerita mengenai Angke oleh Bu Romelah selaku orang yang paling tua di komunitas untuk memberikan konteks pada diskusi nantinya, kegiatan terus bergulir. Jadwal yang telah direncanakan akhirnya mengalami beberapa perubahan, dari yang sambutan seharusnya hanya dari Lurah menjadi bertambah dari KPKA dan JGM, dari cerita yang disampaikan oleh Bu Romelah ternyata harus diarahkan menjadi ajang tanya jawab

(PEMBELAJARAN 2. KONSISTEN PADA JADWAL YANG SEHARUSNYA KONSISTEN DAN FLEKSIBEL PADA JADWAL YANG BISA FLEKSIBEL).

50 peserta yang hadir, meliputi utusan masyarakat, pemerintah kelurahan, dinas tata kota dan dinas kebersihan. Masuk pada penyampain alur diskusi dilanjutkan dengan diskusi penentuan faktor langsung dan faktor tidak langsung, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 lebih. Jalannya proses timpang karena ternyata di awal peserta masih belum memahami alur dan penjelasan di awal

(PEMBELAJARAN 3. BERI PENJELASAN SEJELAS-JELASNYA MENGENAI ALUR DAN KOMPONEN ALUR (FAKTOR UTAMA, FAKTOR TIDAK LANGSUNG, ETC.).

Saat pembuatan kelompok kecil pun peserta tidak beranjak dari tempat duduknya, sehingga fasilitator harus mengarahkan pembagian kelompok (pembagian kelompok menjadi tidak jelas). Sebagian peserta juga ada yang lebih memilih memberikan pendapat dengan berbicara dibanding menulis, sehingga pendekatannya adalah fasilitator mendekat ke peserta dan menulis di kertas. Untuk mempersingkat waktu, peserta dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang dimana setiap kelompok diminta untuk menuliskan 3 faktor langsung. Dalam penjelasan mengenai faktor langsung agak tersendat karena kekurang fahaman dalam menerima penjelasan (*atau yang memberikan penjelasan yang gak bisa memberi penjelasan???*). Setelah agak terbata-bata dan banyak intervensi fasilitator (PLEASE MINIMIZE THIS AT YOUR SITE) terbentuk lah komponen faktor langsung. Terdapat 11 faktor langsung versi hasil diskusi. Setelah itu tanpa menunggu lama lagi, setelah berulang kali menanyakan ke peserta mengenai ketidakfahaman atau ada hal yang perlu ditambahkan diskusi kembali dilanjutkan menyusun faktor tidak langsung.

Dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti mendeskripsikan faktor langsung, yaitu dengan kelompok kecil yang sama mulai dicari faktor tidak langsung. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30. Setelah terkumpul semua faktor tidak langsung dikelompokkan lagi. Pengelompokkan faktor tidak langsung memakan waktu kurang lebih 10 menit. Diteruskan dengan menghubungkan antara faktor tidak langsung dengan faktor langsung. Belum seluruhnya selesai menghubungkan faktor tidak langsung dengan faktor langsung, waktu buka sudah masuk sehingga diskusi dihentikan hingga selesai sholat maghrib. Selama berbuka dan sholat magrib diadaka diskusi informal mengenai jalannnya proses dan disepakati diskusi dihentikan dan untuk tindaklanjutnya dibuat tim perumus yang terdiri dari KPKA dan JGM yang hasilnya akan didistribusikan kepada peserta untuk dimintai tanggapannya. Diakhir penutup, ada peserta yang meminta untuk dibacakan ulang hasil diskusi tersebut.

Akhirnya, satu minggu begadang lunas sudah, dengan selesainya pertemuan stakeholder tersebut. Walaupun belum selesai dan menyisakan tugas tambahan serta tidak seluruhnya undangan hadir namun paling tidak ini merupakan pertemuan pertama warga yang dihadiri masyarakat Kapuk Muara yang membicarakan masalah lingkungan.

PEMBELAJARAN 4. PASTIKAN DAN YAKINKAN PENJELASAN KEPADA ASISTEN FASILITATOR

PEMBELAJARAN 5. JIKA PENGUNDANG BUKAN LEMBAGA SENDIRI PASTIKAN MEREKA SANGAT FAHAM LEBIH DULU

PEMBELAJARAN 6. PERSIAPKAN PERSIAPAN DAN PERSIAPKAN LAGI

PEMBELAJARAN 7. SAAT BUKA JANGAN LUPA UNTUK MEMBATALKAN

Wednesday, September 19, 2007

Karnaval Konservasi: Cara Jitu Membangun Kesadaran Konservasi Terhadap Tahura R. Soerjo

oleh: Tim Pride Kaliandra, Agustus 2007

Tema karnaval Peringatan Kemerdekaan RI, di desa Dayurejo kecamatan Prigen Pasuruan tahun ini tidak umum dan memberi kesan kreatif. Tema karnaval tahun ini didominasi dengan tema konservasi kawasan hutan Gunung Arjuno (Tahura R. Soerjo). Sebuah tema yang sangat realistik dan dekat dalam kehidupan mereka.

Bisa dibilang 90% penduduk desa tersebut berpartisipasi dalam karnaval. Anak-anak, remaja, orang dewasa dan tak ketinggalan para perempuan yang biasanya begitu alim dan selalu ditaruh paling belakang dalam urusan kemasyarakatan, juga bisa mengundang gelak tawa penonton dengan aksi joget konservasinya..





Kurang lebih 2.500 orang dalam 16 RT menampilkan kreativitasnya dalam menyampaikan pesan konservasi. Berbagai cara penyampaian pesan konservasi melalui spanduk, poster, dan tulisan lainya, serta melalui orasi-orasi dari masing-masing RT dengan menggunakan sound sistem yang luar biasa kerasnya sampai bisa didengar di desa tetangga. Aksi teatrikal dari tiap peserta juga mampu menyedot perhatian penonton yang juga dipadati oleh masyarakat yang datang dari desa-desa lain. Ada yang menampilkan peran parambah hutan misal pencuri kayu dan pembuat arang yang rame-rame digebugi oleh petugas dan masyarakat, ada yang menjadi pemadam kebakaran hutan bahkan ada yang mempu menggambarkan dampak ekonomi sosial akibat kerusakan hutan, yakni kelaparan, dan kemiskinan.

Ternyata semua komentator yang begitu fasih menyampaikan pesan konservasi mengaku sangat terbantu dengan edaran factsheet dari tim Pride yang mereka terima seminggu sebelumnya.

Mungkin ada yang berpikir bahwa iming-iming hadiah bagi para peserta lomba karnaval merupakan motivasi utama masyarakat begitu antusias dan bersemangat untuk membuat kreatifitas, namun pada kenyataannya hal ini tidaklah tepat!. Seusai karnaval Tim Pride sempat menanyai beberapa peserta apa yang mendasari mereka mau ikut karnaval. Inti dari jawaban mereka adalah pertama untuk memeriahkan acara Agustusan, kedua mengajak masyarakat untuk peduli kepada hutan supaya tidak rusak dan supaya kondisi pulih seperti sedia kala, sehingga tidak kekurangan air seperti sekarang. Kepedulian terhadap kondisi hutan G. Arjuno dan keinginan akan masa depan alam yang lebih baik ternyata merupakan motivasi utamanya!

Dengan bantuan juri-juri dari perangkat desa, lembaga pendidikan dan tokoh masyarakat kami bisa mendapat penilaian yang fair dan pasti tidak mendapat komplain dari peserta. Bersamaan dengan malam panggung kesenian pengumuman pemenang disampaikan. Tropi-tropi juara tersebut yang pemberiannya disaksikan oleh ribuan orang paling tidak bisa menjadi kebanggan mereka atas kontribusinya dalam menyelamatkan hutan Gunung Arjuno.

Pride: Sebuah Refleksi

oleh:
Agus Wiyono - Yayasan Kaliandra Sejati

Setahun yang lalu ketika saya memulai belajar tentang Pride yang difasilitasi Rare, saya telah memiliki keyakinan bahwa saya pasti mendapat sebuah metode pendidikan konservasi yang sangat inovatif. Ternyata keyakinan saya tersebut sangat benar.

Saya merasakan program Pride yang sekarang sedang saya lakukan, perencanaannya didesain secara sistematis, walaupun saya belum bisa melakukannya secara sempurna. Saya merasakan skenario yang sangat terpadu antara pengembangan materi campaign dan metode penjangkauan serta management waktu yang akhirnya membentuk sebuah tahapan proporsional, sangat membantu proses pendidikan yang saya lakukan.

Proses monitoring terhadap dokumen kerja yang dijalankan sangat disiplin oleh tim Rare sangat membantu. Tidak hanya membantu saya dalam menjalankan program Pride ini, tetapi secara umum juga membantu saya dalam mengembangkan management program di Kaliandra. Yang paling saya suka kebanyakan yang Rare sampaikan adalah bukan teori tapi sesuatu yang sangat realistis dan bisa diterapkan.

Inti dari pendidikan adalah perubahan pola pikir, pola rasa dan yang paling penting perubahan prilaku, begitu pula goal yang ingin dicapai dari kampanye ini. Jadi saya kira tantangan ke depan yang pasti saya akan hadapi adalah bagaimana mengembangkan program-program aksi setelah masyarakat mengalami perubahan pola pikir, pola rasa dan mau bertindak dalam melakukan perbaikan kehidupan. Kenapa ini saya sebagai tantangan yang besar karena selama ini di dalam metode Pride saya belum mendapatkan hal / sesuatu yang bisa saya jadikan acuan dalam mengembangkan program tersebut. Semoga di sisa waktu program ini apa yang menjadi kekhawatiran saya bisa terpecahkan, tentunya dengan bantuan semua guru-guru saya, mas hari, mbak Sari, mas Paul, mas Nigel, semua Dosen IPB.

Sebagai manager Kaliandra terkadang saya sangat dibingungkan untuk membagi waktu dalam menjalankan program Pride, belum lagi ditambah dengan tugas-tugas dosen yang saya rasa juga penting untuk dikerjakan. Penting disini bukan sekedar tinjauan syarat akademik tetapi apa yang ditugaskan sangat relevan dan saya rasa akan memberi solusi atas masalah yang terjadi.

Kerja keras, terkadang sampai malam, sering tidak bisa bertemu dengan keluarga, sakit-sakitan adalah resiko terhadap pilihan saya dalam menjalankan Pride ini. Saya tidak pernah menyesal karena ini, justru saya sangat bahagia dan bangga, paling tidak saya bisa berkata bahwa hidup saya punya arti dan lebih berarti buat orang lain, buat alam ini, dan buat saya sendiri.

Terimakasih ke pada semua tim Rare, IPB dan semua yang memberi kesempatan untuk belajar ini.

Salam lestari!

Tuesday, September 18, 2007

Akhir dari babak awal ....



Tak terasa, bulan Ramadhan tlah tiba .... hari 1 puasa, Magic 7 yang muslim, sahur di Geulis ... diladeni Mbak Nana and si kembar ....

Tak terasa, penghujung 11 minggu di IPB juga berakhir .....! akhirnya tiba waktu untuk kembali ke organisasi, kembali ke site dan masyarakat dampingan ..... dan masuk ke babak perencanaan awal ..... minggu terakhir pada sering mules ... gak tau stress atau terlalu bersemangat ... Ulie si Bontot, dengan pip pip pip pip nya yg khas " Hah, kita segera masuk neraka yang sebenarnya nih" ....

Mas Edy di hari pertamanya kembali ke organisasi bahkan sampai begini : "Semalam aku mimpi....mimpi buruk sekali......mas hari kirim imel 6 lembar tulisan besar-besar "tugas pak rinekso segera dikumpulkan"

Good luck Prens! Selamat Berjuang Magic 7! Jangan ragu untuk hubungi kita di Rare atau pun teman-teman PRIDE lain kapan pun juga .... !

Wednesday, August 29, 2007

Magic7: semakin dekat minggu ke-11 ... semakin ajaib .... :P

Tak terasa, teman-teman Magic 7 sudah memasuki Minggu ke-9 dari tahap pendidikan program kampanye Pride ....
Tugas perkuliahan datang dan pergi .... kadang-kadang malah rasanya datang terus tapi kok gak pergi-pergi yaaa .....
Selain tugas akademik .... persiapan-persiapan untuk kembali ke organisasi dan kawasan kerja juga semakin intensif dilakukan .... mulai dari simulasi Pride dalam skala mini alias MINI CAMPAIGN .... juga menyiapkan draft Bab 1 dari Rencana Kerja dan Presentasi Teori Perubahan Perilaku kepada lembaga dan Rare ...... rasa-rasanyaaa .... whuuuaaaahhh .... kapan tidurnya nih?!

Kalau ibarat listrik ... ini masa-masa 'tegangan tinggi' .... rindu rumah dan keluarga juga semakin terasa nih ...... kadang-kadang ada yang tulalit, ada yang salah sambung, ada yang malah gak nyambung sama sekali .... :P

Walaupun demikian ...

Ternyata dalam berbagai hal Magic 7 tetap belajar dan bekerja dengan serius dan penuh komitment juga saling membantu di antara peserta ....

Semoga tetap bisa saling memotivasi dan saling memberi semangat ......!




heeemmm ..... ini lagi latihan survei atau lagi ngelaba yaaa .... heeeemmmm ....... ;)
















Kuliah tidak selalu di ruang kelas ...... Alam adalah guru terbaik ......









FGD dengan mahasiswa IPB .... menggali pengetahuan dan sikap terhadap OWA JAWA, sebagai persiapan MINI CAMPAIGN


Tuesday, July 24, 2007

SELAMAT DATANG ....


Selamat datang ... dan selamat bergabung ... Pride Indonesia Angkatan ke-2 atau yang menyebut angkatannya MAGIC 7 ......


Semoga tidak saja datang dengan keajaiban ... tapi juga menghasilkan banyak keajaiban-keajaiban lainnya .....



Tuesday, June 26, 2007

Abel ..sahabat baru anak-anak Rawa Singkil

Siska - manajer kampanye Pride untuk SM Rawa Singkil - sudah mulai dengan kunjungan sekolah nya ....

Sampai saat ini, Abel - sang maskot -sudah mengunjungi 3 sekolah dasar di kawasan dan bercerita di hadapan sekitar 300 anak-anak sekolah dasar ......!




Monday, June 18, 2007

Bersiap-siap mengudara ....

Ini foto dari persiapan Panji untuk mengudarakan konservasi keanekaragaman hayati untuk Hutan Potorono ...









Monday, June 11, 2007

Guru - agen perubahan perilaku

LOKAKARYA GURU KAMPANYE BANGGA MELESTARIKAN ALAM
2 – 3 JUNI 2007
PKG SD NEGERI 2 KOTA JANTHO

oleh Cut Meurah Intan

Terharu...! Mungkin itulah kata yang tepat untuk mewakili isi hati saya pada pagi 2 Juni 2007. Bagaimana tidak, hajat untuk melaksanakan lokakarya bersama guru-guru dari SD dari Kecamatan Lembah Seulawah dan Kota Jantho dapat terlaksana dan semua SD mengirimkan utusannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Alasan lain mengapa saya terharu pada hari itu, mungkin Bapak dan Ibu Guru tidak tahu akan hal ini. Ya, beberapa guru yang hadir ternyata letak rumahnya relatif jauh dari lokasi kegiatan ditambah lagi hari pelaksanaan lokakarya ada pada hari Minggu, tapi semua mereka datang. Terima Kasih...


Lokakarya dimulai dengan sesi kuis pra lokakarya. Hampir mirip dengan suasana ujian kenaikan kelas, para guru terlihat serius sekali menjawab pertanyaan seputar hutan di sekitar mereka. Tapi itu hanya sebentar, suasana begitu santai ketika sesi perkenalan. Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri dengan menyebutkan motto hidup peserta. Wah, motto hidup para guru bagus-bagus sekali. Motto yang paling banyak disebutkan pagi itu adalah HIDUP ITU YANG PENTING IKHLAS,SABAR DAN TAWAKKAL.

HIDUP MEWAH SALAH, HIDUP MISKIN SALAH. JADI YANG PENTING HIDUP SEHAT. IBADAH MANTAP PLUS KALAU GAGAL JANGAN PUTUS ASA...ITU HANYA KESUKSESAN YANG TERTUNDA...

Bagus kan? Peserta juga mungkin tidak tahu kalau diam-diam motto hidup mereka membuat saya juga tambah semangat. He..he...


Selanjutnya, sambil menunggu menunggu narasumber dari BKSDA datang kami berbincang dengan para guru. Mereka menceritakan bahwa memang beberapa dari orang tua murid adalah pelaku penebang liar. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para guru dapat berperan aktif dalam mendorong perubahan para orang tua murid melalui murid-murid mereka.


Tepat pukul 11 siang Bapak Muhammad dari BKSDA Resort Jantho datang menghadiri lokakarya guru.. Bapak Muhammad didaulat untuk menceritakan potensi Cagar Alam Pinus Jantho yang berada dibawah pengelolaan BKSDA. Peserta terlihat antusias mendengar pemaparan Bapak Muhammad seperti Bapak Marzuki S.Pd yang langsung menanyakan perbedaan pinus di Cagar Alam Jantho dengan di tempat lain. Ternyata pinus yang ada di Cagar Alam Jantho adalah pinus strain Aceh, berbeda dengan pinus biasanya yang batangnya tanpa cabang, pinus strain Aceh ternyata batangnya memiliki percabangan.


Bapak Muhammad membuat para guru terharu dan bersemangat ketika menceritakan sepak terjang beliau dalam mempertahankan keutuhan cagar alam dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Meskipun sering mendapat ancaman teror dari orang-orang yang tidak senang dengan tindakan tegas Bapak Muhammad tetapi beliau tetap konsisten demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Satu jam sesi tanya jawab ikut memperlihatkan antusiasme para guru terhadap isu lingkungan hidup. Bahkan ada guru yang meminta agar BKSDA melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar.


(bersambung yaa ....)

Thursday, June 7, 2007

Tantangan tiada henti .... Semangat tak pernah surut ...

Perjuangan tanpa tantangan, ibarat sayur tanpa garam ....

"Berhubung dana tahap 2 belum turun jadi saat ini kita baru menyelesaikan yang kecil-kecil (seperti materi cetak) dulu dengan menggunakan dana dari lembaga. Sementara untuk kegiatan yang besar kita belum melakukannya dikarenakan keterbatasan dana. Namun agenda pelaksanaan sudah kami koordinasikan dengan masyarakat. Saat ini kami agak sedikit kewalahan karena salah seorang staff andalan kami yang selama ini membantu di lapangan, pada saat ini dianya juga harus lebih banyak di rumah karena sedang menunggu kelahiran bayinya (Suami Siaga gitu lo) dan kami akan mempekerjakan tenaga yang baru, konsekuensinya kami harus mulai dari awal lagi untuk menjelaskannya. Sedangkan kalau staff andalan kami ini, dia sudah terbiasa dan sudah paham dengan apa yang harus dilakukan. Semoga semuanya dapat berjalan lancar. "

(Curhat seorang manajer kampanye, Juni 2007)

Pride Kaliandra dalam Gambar -- Lokakarya Guru (Mei 2007)
















Pak Didik dari ESP Malang menjelaskan mengenai keanekaragaman hayati kepada para guru yang sangat serius memperhatikan

















Berdiskusi dan tetap semangat!














Bersiap-siap membuat panggung boneka

Tuesday, June 5, 2007

Nantikan peluncurannya ......

Ingin tahu petualangan Kak Adi dan kawan-kawan di Hutan Potorono ....



Nantikan ceritanya dalam komik yang akan segera diluncurkan di Kajoran!

Bersih Hutan bersama Sambak Nature Club

oleh Panji Anom (YBL Masta)

Konservasi berarti menyelamatkan kehidupan dengan mempertahankan keseimbangan alam dan mengangkat peran serta banyak orang untuk menjalankannya. Peran ini diharapkan membawa dampak dalam wujud aksi bersama untuk melestarikan alam.

Salah satu aksi bersama yang dilakukan 20 Mei 2007 adalah kegiatan “Bersih Hutan - Kampanye Bangga Melestarikan Alam” . Kegiatan ini diorganisir secara bersama antara Sambak Nature dan YBL Masta, tentunya dengan dukungan pendanaan ESP/USAID. Kegiatan ini hampir saja tertunda karena terlambatnya administrasi pendanaan ... namun the SHOW MUST GO ON! Dengan semangat perjuangan '45 juga semangat menyelamatkan hutan Potorono yang masih tersisa, segala daya upaya dikerahkan, sehingga kegiatan dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan.


Lebih dari 150 peserta yang berasal dari beberapa desa dan kecamatan baik dari kecamatan Kajoran, Kecamatan Salaman, Kecamatan Borobudur, Kecamatan Kaliangkrik bahkan juga peserta yang berasal dari Kecamatan Kepil kabupaten Wonosobo turut andil dalam kegiatan ini.


Remaja, anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak dengan semangat dan gembira berjalan-jalan di kawasan hutan di Desa Sambak. Tidak hanya sebatas jalan-jalan, para peserta juga melakukan aksi dialog dan diskusi dengan memanfaatkan factsheet Pride. Bahkan, factsheet ini juga dibacakan melalui pengeras suara untuk menyambut para peserta yang baru keluar dari hutan. Hari ini semua gembira dan juga bertambah semangat .....

















Naaaah, ini dia factsheet yang menjadi trend topik pembicaraan saat ini ...

Kegiatan ini akan terus dilanjutkan dengan pelibatan segmen-segmen masyarakat yang lain, termasuk ke sekolah-sekolah.

Wednesday, May 30, 2007

NANGGROE ACEH LON SAYANG ....

Oleh: Cut Meurah Intan - Yayasan MAPAYAH

Tanggal 22 dan 23 Mei 2007, 12 orang anak muda berkumpul di salah satu ruang kelas SMU Negeri Kota Jantho. Mereka adalah siswa-siswi yang berumur 16 an tahun dimana 4 orang diantaranya berasal dari SMU Negeri Kota Jantho, 4 orang berasal dari SMK Negeri Kota Jantho dan 4 orangnya lagi dari SMU Swasta Lembah Seulawah (di Kecamatan Lembah Seulawah belum ada SMU Negeri).

Sebelum pertemuan dilakukan, manajer kampanye berkesempatan bertemu dengan Bapak Wakil Kepala Sekolah. Diskusi mengenai pendidikan konservasi berlangsung hangat dan beliau menyambut baik program pendidikan yang disebut dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam. Beliau juga sempat menyampaikan bahwa beberapa mata pelajaran, pendidikan lingkungan juga disampaikan seperti air dan sanitasi. Di sekolah juga ada mata pelajaran Kebajikan Lokal (kearifan lokal) sehingga menurut beliau kearifan lokal dalam mengelola hutan juga dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran ini.

Pihak sekolah mempersilakan Manajer Kampanye untuk menggunakan satu ruang untuk bertemu siswa-siswi yang akan terlibat dalam lagu konservasi. Pukul 15.15 semua siswa siswi berkumpul di SMU Kota Jantho.

Siswa siswi yang berasal dari SMK Jantho diantar langsung oleh Bapak Guru bagian Kesiswaan. Sementara yang dari Lembah Seulawah lari-lari takut terlambat. Pertemuan diawali dengan perkenalan. Mereka diminta memperkenalkan nama setelah menirukan suara binatang. Ada yang percaya dirinya langsung terlihat, ada juga yang masih malu-malu.Setelah perkenalan, manajer kampanye menyampaikan tentang kegiatan Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Kecamatan Lembah Seulawah dan Kota Jantho.Kegiatan dilanjutkan dengan membaca lembar fakta dan diskusi tentang konservasi.Setelah diskusi dan jeda shalat ashar kegiatan dilanjutkan dengan diskusi pesan kunci dan memberikan kata-kata kunci yang akan dimasukkan ke dalam lagu konservasi mereka. Pertemuan berakhir pukul 17.30 dan akan bertemu kembali esok harinya pada pukul yang sama di pondok belakang rumahnya bupati Aceh Besar.Yang dari SMK Jantho dijemput lagi oleh Bapak gurunya. Senangnyaa...


Pertemuan tanggal 23 Mei 2007 berlangsung lebih santai karena sudah saling kenal dan tempatnya juga dipilih yang membuat pandangan lepas bebas. Ternyata mereka sudah punya 4 draft lagu konservasi, meski hanya 2 diantaranya yang sudah ada aransemennya. Berikut terlampir 4 draft lagu konservasi yang diciptakan anak-anak dari Kecamatan Lembah Seulawah dan Kota Jantho. Bersama dengan manajer kampanye yang tidak punya kemampuan olah vokal, kita semua mencoba mengolah vokal dengan mencoba menyanyikan lagu buatan sendiri. Di sela-sela latihan nyanyi kita juga mendiskusikan tentang hutan di sekitar mereka. Demikian catatan singkat proses pembuatan draft lagu konservasi.

Ini kutipan syair lagu yang dihasilkan ....

..... Taman Tahura Pocut Meurah Intan

Nyang cukop indah dipandang mata

Nibak tempatnyan na macam-macam binatang

Nyang leupah sunang na gajah sumatera
Wahee E rakan
Agam ngon Inong
Mari geutanyo jaga bersama
Uteun lindong, cagar alam ngon tahura

....


Artinya:
Yang cukup indah dipandang mata
Di tempat itu ada berbagai macam binatang
Yang paling buat senang ada Gajah Sumatera

Wahai teman
Laki dan Perempuan
Mari kita jaga bersama
Hutan lindung, Cagar Alam dan Tahura




















Terima kasih Tuhan!!!!Akhirnya Kostum Cempala Kuneng jadi juga....

Oleh: Zakiah - Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh

Pertama sekali aku jumpai beberapa ibu yang ada di Lamseunia untuk berdiskusi dengan mereka tentang hal pembuatan Kostum Cempala Kuneng jelas-jelas mereka menolak dan mereka bilang mereka tidak bisa karena tidak pernah buat dan setelah aku berdiskusi dengan mereka, lalu mereka bilang mereka tidak sempat (08 mei 2007) dan akhirnya aku pulang dengan sedikit putus asa.

Tapi setelah aku telpon Mbak Sari, aku disarankan untuk berdiskusi kembali mengenai tujuan kampanye Pride dengan mereka dan coba jelaskan sekali lagi dengan mereka ... mana tahu mereka mau mencoba dan saran itu aku coba.


Ternyata segala sesuatu tidak mungkin tidak bisa kita lakukan asal kita mau mencobanya. Buktinya hari Sabtu tanggal 12 Mei 2007 aku kembali lagi dan ketemu dengan beberapa ibu (Ibu Ratna, Syukriah, Sulasmi, Kak Eli, Kak Sapiah dan ada beberapa ibu muda lainnya aku masih sering lupa namanya) yang ada di Leupung (Lamseunia), ketika kuutarakan lagi keinginanku untuk meminta tolong pada mereka mengenai pembuatan Kostum Burung. mereka tetap mengatakan tidak bisa, tetapi setelah aku jelaskan dan aku katakan kita akan buat bersama-sama dan nanti saya jelaskan cara membuatnya, ternyata mereka masih ragu. Tetapi tiba-tiba ibu Syukriah bilang” Saya tidak pernah membuat baju yang seperti itu makanya saya tidak yakin bisa”. Lalu aku bilang” nggak apa-apa bu kita coba saja dulu bagaimana?”. Terus mereka bilang "boleh juga kita coba"dan kita sepakat untuk ketemu lagi hari rabu.

Hari rabu aku datang dengan membawa bahan untuk membuat kostum dan aku langsung menjumpai ibu Syukriah yang belakangan kutahu dia dipanggil Bunda. Kami berkumpul di barak bunda. Setelah mereka berkumpul aku mulai menjelaskan bagaimana sebenarnya membuat kostum tersebut dan akhirnya mereka mulai membuat pola dan memotong kain. Pada hari itu kita hanya sebatas pada memotong kain saja karena mereka menyarankan sebelum kita jahit baiknya kainnya kita obras dan sisak dulu supaya tidak keluar benang-benangnya. Aku pulang dengan membawa kain untuk diobras dan keesokan harinya aku kembali lagi.

Kamis mereka kembali menjahit bersama-sama di barak bunda dan setelah itu kita makan siang bersama di tempat bunda itu. Eh ternyata baju burungnya jadi, biarpun ada yang harus dibongkar lagi karena salah. Setelah memperbaiki, seorang Ibu pun mencoba memakainya, dan kulihat bapak-bapak yang lewat di barak kami bekerja pun berhenti dan penasaran ingin tahu apa yang kami kerjakan.


Waktu itu kutanyakan kepada bunda “pakiban perasaan bunda watee nekalon baje getanyo ka lheh” (bagaimana perasaan bunda begitu melihat baju kita sudah selesai?) dengan tersenyum sang bunda menjawab “ hayee cit nyo ternyata jet ciet tanyo peget, loun ragu karena loun han tom loun cop bajee lagee nyo, ternyata jet ciet (sambil di tertawa).(hebat juga ya, ternyata bisa juga kita buat, saya ragu karena saya tidak pernah menjahit baju seperti itu, ternyata bisa juga (sambil tertawa).


Yang membuat aku bangga adalah kami bekerja di tempat yang sangat sederhana yaitu di barak dan kostum itu selesai, ya mungkin kostumku tidak sebagus punya teman-teman tetapi aku bahagia karena kostumku dibuat sendiri dan menurutku itu sudah sangat bagus dan hebat, terima kasih bunda, dkk!