Oleh: Zakiah - Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh
Pertama sekali aku jumpai beberapa ibu yang ada di Lamseunia untuk berdiskusi dengan mereka tentang hal pembuatan Kostum Cempala Kuneng jelas-jelas mereka menolak dan mereka bilang mereka tidak bisa karena tidak pernah buat dan setelah aku berdiskusi dengan mereka, lalu mereka bilang mereka tidak sempat (08 mei 2007) dan akhirnya aku pulang dengan sedikit putus asa.
Tapi setelah aku telpon Mbak Sari, aku disarankan untuk berdiskusi kembali mengenai tujuan kampanye Pride dengan mereka dan coba jelaskan sekali lagi dengan mereka ... mana tahu mereka mau mencoba dan saran itu aku coba.
Tapi setelah aku telpon Mbak Sari, aku disarankan untuk berdiskusi kembali mengenai tujuan kampanye Pride dengan mereka dan coba jelaskan sekali lagi dengan mereka ... mana tahu mereka mau mencoba dan saran itu aku coba.
Ternyata segala sesuatu tidak mungkin tidak bisa kita lakukan asal kita mau mencobanya. Buktinya hari Sabtu tanggal 12 Mei 2007 aku kembali lagi dan ketemu dengan beberapa ibu (Ibu Ratna, Syukriah, Sulasmi, Kak Eli, Kak Sapiah dan ada beberapa ibu muda lainnya aku masih sering lupa namanya) yang ada di Leupung (Lamseunia), ketika kuutarakan lagi keinginanku untuk meminta tolong pada mereka mengenai pembuatan Kostum Burung. mereka tetap mengatakan tidak bisa, tetapi setelah aku jelaskan dan aku katakan kita akan buat bersama-sama dan nanti saya jelaskan cara membuatnya, ternyata mereka masih ragu. Tetapi tiba-tiba ibu Syukriah bilang” Saya tidak pernah membuat baju yang seperti itu makanya saya tidak yakin bisa”. Lalu aku bilang” nggak apa-apa bu kita coba saja dulu bagaimana?”. Terus mereka bilang "boleh juga kita coba"dan kita sepakat untuk ketemu lagi hari rabu.
Hari rabu aku datang dengan membawa bahan untuk membuat kostum dan aku langsung menjumpai ibu Syukriah yang belakangan kutahu dia dipanggil Bunda. Kami berkumpul di barak bunda. Setelah mereka berkumpul aku mulai menjelaskan bagaimana sebenarnya membuat kostum tersebut dan akhirnya mereka mulai membuat pola dan memotong kain. Pada hari itu kita hanya sebatas pada memotong kain saja karena mereka menyarankan sebelum kita jahit baiknya kainnya kita obras dan sisak dulu supaya tidak keluar benang-benangnya. Aku pulang dengan membawa kain untuk diobras dan keesokan harinya aku kembali lagi.
Kamis mereka kembali menjahit bersama-sama di barak bunda dan setelah itu kita makan siang bersama di tempat bunda itu. Eh ternyata baju burungnya jadi, biarpun ada yang harus dibongkar lagi karena salah. Setelah memperbaiki, seorang Ibu pun mencoba memakainya, dan kulihat bapak-bapak yang lewat di barak kami bekerja pun berhenti dan penasaran ingin tahu apa yang kami kerjakan.
Hari rabu aku datang dengan membawa bahan untuk membuat kostum dan aku langsung menjumpai ibu Syukriah yang belakangan kutahu dia dipanggil Bunda. Kami berkumpul di barak bunda. Setelah mereka berkumpul aku mulai menjelaskan bagaimana sebenarnya membuat kostum tersebut dan akhirnya mereka mulai membuat pola dan memotong kain. Pada hari itu kita hanya sebatas pada memotong kain saja karena mereka menyarankan sebelum kita jahit baiknya kainnya kita obras dan sisak dulu supaya tidak keluar benang-benangnya. Aku pulang dengan membawa kain untuk diobras dan keesokan harinya aku kembali lagi.
Kamis mereka kembali menjahit bersama-sama di barak bunda dan setelah itu kita makan siang bersama di tempat bunda itu. Eh ternyata baju burungnya jadi, biarpun ada yang harus dibongkar lagi karena salah. Setelah memperbaiki, seorang Ibu pun mencoba memakainya, dan kulihat bapak-bapak yang lewat di barak kami bekerja pun berhenti dan penasaran ingin tahu apa yang kami kerjakan.
Waktu itu kutanyakan kepada bunda “pakiban perasaan bunda watee nekalon baje getanyo ka lheh” (bagaimana perasaan bunda begitu melihat baju kita sudah selesai?) dengan tersenyum sang bunda menjawab “ hayee cit nyo ternyata jet ciet tanyo peget, loun ragu karena loun han tom loun cop bajee lagee nyo, ternyata jet ciet (sambil di tertawa).(hebat juga ya, ternyata bisa juga kita buat, saya ragu karena saya tidak pernah menjahit baju seperti itu, ternyata bisa juga (sambil tertawa).
Yang membuat aku bangga adalah kami bekerja di tempat yang sangat sederhana yaitu di barak dan kostum itu selesai, ya mungkin kostumku tidak sebagus punya teman-teman tetapi aku bahagia karena kostumku dibuat sendiri dan menurutku itu sudah sangat bagus dan hebat, terima kasih bunda, dkk!
No comments:
Post a Comment