Melalui Pride, Zakiah dan tim dari Yayasan PeNA berusaha menghidupkan kembali kebun-kebun yang terlantar (dalam bahasa Aceh disebut Peudeep Lampoh) serta mendorong penerapan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati dalam menghidupkan kembali kebun ini. Hingga saat ini, lebih dari 50 orang petani telah menyatakan komitmennya untuk melakukan peudeep lampoh dengan menerapkan prinsip keseimbangan ekologi, serta lebih dari 2000 bibit pohon tanaman buah maupun kayu keras telah ditanam di kebun-kebun ini. Yang menarik, kegiatan peudeep lampoh ini dapat mendorong bangkitnya swadaya dan kerjasama di antara warga desa. Jes Putra - Pimpinan PeNA menyatakan - peribahasa yang termuat pada poster Pride "Umang Meu Ateung, Lampoh Meu Pageu, ..." (berarti: "Sawah dibatasi pematang, kebun dibatasi pagar, ...") ternyata mampu mendorong terjadinya swadaya di masyarakat untuk membuat pagar yang kuat dan layak bagi kebunnya, juga menggali lubang tanam di lahan yang dimiliki, dengan usaha sendiri karena kuatnya dorongan untuk maju dan tidak tergantung pada bantuan orang lain.
Sunday, January 27, 2008
Berbeda dari biasanya .....
dari kunjungan ke Desa Nusa, Mukim Kueh - Kampanye Pride oleh Zakiah (Yayasan PeNA)
Pride di Aceh, bukan saja menghadapi tantangan klasik sebuah kampanye ...tapi juga tantangan lain .. yang mungkin hanya ada di Aceh: 'berkompetisi ' dengan lembaga-lembaga lain ... yang menawarkan 'ikan' daripada 'pancing' . Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap berbagai lembaga yang dengan segala daya upaya berusaha membantu rakyat Aceh untuk kembali membangun daerahnya setelah situasi konflik militer maupun bencana tsunami ... namun inilah salah satu tantangan yang dihadapi oleh PeNA (juga Mapayah) ketika menjalankan Pride. Kebetulan kawasan kerja Pride yang dikoordinir oleh Zakiah, juga merupakan salah satu area yang mengalami bencana tsunami. Ada begitu banyak pertemuan, ada begitu banyak kegiatan pelatihan/pendampingan masyarakat, ada begitu banyak bantuan materiil yang bersifat langsung maupun tidak langsung, bagaimana Pride - dengan sumberdaya yang sangat terbatas dan fokus pada mendorong pemberdayaan diri - bisa menarik perhatian dari masyarakat?
"apa yang dilakukan teman-teman PeNA sangat berbeda. Setelah tahap perencanaan, dimana saya ikut dalam salah satu diskusi kelompok, sekarang ada kemajuannya, ada pelaksanaan programnya ... Saya harap ini bisa berlanjut semacam ini terus ke depan" - demikian pendapat Pak Madan - tokoh motivator desa Nusa yang juga eks-GAM, ketika ditanyakan mengenai program Pride yang dijalankan oleh Yayasan PeNA. Pak Madan sangat ingin masyarakat di desa nya bisa kembali berjuang untuk kesejahteraan hidupnya. Bukan saja karena bantuan untuk hidup sehari-hari dari berbagai pihak semakin berkurang, bagi Pak Madan kesuksesan dan kesejahteraan hanya akan diperoleh oleh mereka yang rajin dan bekerja keras. Jika kita ingin hidup lebih baik, maka usaha dari diri sendiri lah yang menentukan. Selain itu, Pak Madan sangat mengharapkan pola kehidupan saling tolong menolong di antara warga juga bisa terbina dengan baik.
(foto: Pak Madan - tonggak kayu yang terbakar di sisi kiri, merupakan salah satu bukti konflik bersenjata yang terjadi 10 tahun lalu)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment