Monday, December 17, 2007

Tungku hemat-energi: solusi alternatif mengurangi pemakaian kayu bakar

oleh: Panji Anom (YBL Masta)

Bagi ibu-ibu di Desa Sukomakmur, Kec. Kajoran, Magelang, berjalan kaki menanjak menuju hutan selama 4 jam dan memanggul 50 kilogram ikatan kayu bakar adalah kegiatan yang sudah biasa. Kegiatan yang dilakukan ini memenuhi kebutuhan kayu bakar untuk memasak dan juga untuk dijual selama kurang lebih 3 hari. Harga 10 kg kayu bakar adalah Rp 20,000. Setiap bulan 2 kuintal kayu digunakan untuk memasak. Total kebutuhan satu keluarga terhadap kayu bakar adalah 3 -5 ton per tahunnya. Tuntutan untuk menghidangkan makanan bagi keluarga telah mengalahkan rasa lelah dan juga mengabaikan keseimbangan alam.

Dalam rangkaian Kampanye Pride di kawasan ini, salah satu usaha untuk mengurangi pengambilan kayu bakar di hutan maka diperlukan suatu teknologi sederhana yang dapat siap diadopsi oleh masyarakat di Sukomakmur. Tungku-hemat kayu bakar, merupakan satu solusi yang terpikirkan oleh YBL Masta. Teknologi ini awalnya dikembangkan oleh Jaringan Kerja Tungku Indonesia yang digagas oleh Yayasan Dian Desa dan juga sudah digunakan di Wonosobo dan Klaten .

Pendekatan pun dilakukan melalui para ibu yang tergabung dalam kelompok PKK dan Dasa Wisma. Rangkaian diskusi dilakukan sehingga terkumpullah 20 orang ibu dan 20 orang bapak warga Desa Sukomakmur (6 dusun), dibantu 2 narasumber dan 5 fasilitator yang bersedia berlatih bersama untuk membuat tungku hemat kayu bakar ini. Manfaat yang ditawarkan dengan menggunakan tungku ini membuat para ibu bersemangat untuk mengembangkan teknologi ini.

Tungku ini idealnya terbuat dari tanah liat, namun karena materi ini tidak tersedia di Sukomakmur maka semen menjadi bahan baku alternatif. Tungku dengan 2 lubang berbentuk kotak dengan ukuran 30 cm X 70 cm X 20 cm. Perbedaan tungku ini dari tungku yang biasa digunakan oleh ibu-ibu di Sukomakmur adalah dari konstruksi aliran energi, yang dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi pembakaran yang lebih efektif. Biaya produksi satu buah tungku sekitar Rp 60,000. Sementara jika membeli tungku yang biasa, harganya adalah Rp 25,000 satu lubang api, padahal biasanya minimal satu dapur membutuhkan 3 lubang apai. Sementara manfaat dan kelebihan yang ditawarkan adalah berkurangnya asap karena pembakaran lebih efektif, serta berkurangnya penggunaan kayu bakar hingga 50%. Bagi para ibu, ini bukan saja mengurangi pengeluaran harian, juga memberikan waktu yang lebih berkualitas bagi anak dan keluarga, juga memberikan kesehatan yang lebih baik.

Rencana tindak lanjut dari para peserta pelatihan ini adalah menjadi kader di dusun masing-masing yang bertanggung jawab untuk mensosialisasikan dan mengajarkan teknologi hemat energi ini. Lebih jauh lagi, 1300 KK menyatakan ketertarikannya dan secara swadaya akan membuat dan menggunakan tungku ini di setiap rumah di Sukomakmur.

Pak Budi, Sekretaris Desa Sukomakmur, saat ini telah 1 bulan menggunakan tungku ini. Dan sudah menceritakan kepada orang-orang di sekitar rumah beliau. "Wah, ini sudah satu minggu saya tidak naik ke tempat penyimpanan kayu! Biasanya 2 hari sekali pasti naik ke atas untuk turunkan kayu untuk masak! Aneh juga ... sekarang jadi bisa mengerjakan hal-hal lain dengan waktu yang ada ..... " sambil tertawa Pak Budi menceritakan keuntungannya menggunakan tungku hemat energi ini. Dengan penuh semangat dan antusiasme berkata "Bayangkan kalau semua warga Sukomakmur menggunakan tungku ini! Target saya semua orang di desa akan menggunakan tungku ini, bukan saja menjadi lebih hemat dari segi uangnya, tapi juga hutan kita yang tersisa itu bisa terjamin kelestariannya".

Adopsi teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan saja meringankan dan memberi kenyamanan bagi para ibu, memberikan waktu yang berkualitas bagi keluarga namun juga dalam jangka panjang berkontribusi terhadap lestarinya hutan Potorono yang masih tersisa.

2 comments:

Firdaus Hanif said...

Saya turut bangga atas penggunaan tungku ini. Rekayasa energi yg anda ciptakan sangat menjaga keramahan alam (konservasi). Saya sedang menaruh minat terhadap konservasi, semoga kita bisa saling bertukar pikiran.

Anonymous said...

Di mana ya bisa dapat rancangan tungku ini. Saya browsing dan googling hanya dapat gambar tungku jadi yang sedang dipakai, tapi tidak dapat gambar rancangannya. Terima kasih.