Bogor 1 - angkatan 1 Rare Pride Indonesia - atau lebih dikenal dengan PIZSA, sejak tanggal 24 Februari 2008, telah kembali ke IPB untuk merampungkan program kampanyenya. Kegiatan evaluasi, presentasi hasil, dan penulisan laporan akhir merupakan agenda utama selama 2 minggu kembali berada di Bogor.
Nigel Sizer (VP Rare Asia Pacific) bersama Elja
Pada tanggal 3 Maret 2008, kemunculan mascot Elang Jawa di Ruang Sonokeling, Departemen Kehutanan, menimbulkan tanda tanya pada banyak orang. Ternyata, Elang Jawa ini merupakan bagian dari Seminar Hasil Kampanye Pride bertema ”Langkah Nyata dalam Mendorong Perubahan Perilaku bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati” yang memaparkan hasil kampanye Pride yang dilakukan oleh 5 aktivis konservasi mitra ESP. Pentingnya perubahan perilaku bagi konservasi ini ditekankan pula oleh Ir. Darori, MM, Dirjen PHKA dalam sambutan pembukaannya “Perubahan perilaku untuk mau mengkonservasi hutan, bukan saja perlu dilakukan di tingkat masyarakat, tetapi juga dari pemerintah pusat dan daerah, serta seluruh pemangku kepentingan lain”
Agus Wiyono (Yayasan Kaliandra Sejati – Jawa Timur), Panji Anom (YBL Masta – Jawa Tengah), Cut Meurah Intan (Yayasan Mapayah – NAD), Zakiah (Yayasan PeNA – NAD), Fransiska Ariantingsih (Yayasan Ekosistem Lestari – Sumatera Utara) adalah 5 Manajer Kampanye yang mewakili lembaganya masing-masing melalui mekanisme Small Grant Program untuk mengimplementasikan Kampanye Pride.
Sebelum mengimplementasikan kampanye di kawasan target, mereka diberi pendidikan dan pelatihan dalam menggunakan metodologi kampanye Pride di Institut Pertanian Bogor mulai Juni 2006 sampai dengan Agustus 2006. Pelaksanaan kampanye Pride sendiri berlangsung mulai September 2006 hingga Februari 2008 di kawasan masing-masing. Melalui Dana Hibah Kecil/USAID, ke-5 manajer kampanye ini berhasil merubah perilaku kelompok target dan mengurangi ancaman konservasi. Lebih daripada itu, terjadi peningkatan kapasitas dari ke-5 aktivis konservasi ini di dalam mengembangkan sebuah program konservasi berbasis masyarakat.
Agus Wiyono (Yayasan Kaliandra) berhasil mengurangi area yang terkena dampak kebakaran hutan dari 3,925 ha (tahun 2006) menjadi 86 ha (tahun 2007) serta meningkatkan dukungan public terhadap perlindungan kawasan Tahura R. Soerjo. Panji Anom (YBL MastA) di akhir kampanye merubah perilaku 55 KK yang tergantung pada sumberdaya hutan Potorono untuk menggunakan tungku hemat kayu bakar, sehingga berkontribusi terhadap penyelamatan kuranglebih 1800 m3 kayu yang dipotong untuk kayu bakar setiap bulannya. Fransiska Ariantiningsih (YEL) berhasil mendorong terciptanya diskusi dan kelompok kerja pada tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten Singkil dan pemangku kepentingan setempat dalam menyelamatkan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Zakiah (PeNA) melalui kampanye Pride berhasil mendorong terbangunnnya kembali kearifan lokal Pawang Uteun dalam pengelolaan hutan secara lestari. Sementara itu, Cut Meurah Intan (Mapayah) berhasil membangun swadaya masyarakat untuk mengembangkan teknik peternakan yang mengurangi konflik manusia dan harimau serta memperkuat kelompok peternak dalam dukungan terhadap penyelamatan DAS Krueng Kalo.
Selanjutnya, presentasi yang kedua dilakukan untuk kalangan akademisi dari Institut Pertanian Bogor serta berbagai LSM di Jakarta dan Bogor. Presentasi ini dilakukan di Ruang Rafflesia, Dep. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, dimana selama ini program Pride bernaung. Presentasi dari Angkatan 1 Pride Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PIZSA ini menerima tanggapan yang sangat positif dari undangan. Latipah Hendarti dari Rimbawan Muda Indonesia, menyatakan “Kerjasama yang telah dirintis antara Rare dan IPB merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi para LSM. Program ini merupakan kombinasi dari kerja lapang dan metode sistematis dan strategis untuk meningkatkan dampak kerja konservasi” . Namun demikian, sebagaimana diskusi yang terjadi pada presentasi sebelumnya, keberlanjutan dari perilaku baru yang mendukung konservasi merupakan isu utama yang dibahas.
Selanjutnya, presentasi yang kedua dilakukan untuk kalangan akademisi dari Institut Pertanian Bogor serta berbagai LSM di Jakarta dan Bogor. Presentasi ini dilakukan di Ruang Rafflesia, Dep. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, dimana selama ini program Pride bernaung. Presentasi dari Angkatan 1 Pride Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PIZSA ini menerima tanggapan yang sangat positif dari undangan. Latipah Hendarti dari Rimbawan Muda Indonesia, menyatakan “Kerjasama yang telah dirintis antara Rare dan IPB merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi para LSM. Program ini merupakan kombinasi dari kerja lapang dan metode sistematis dan strategis untuk meningkatkan dampak kerja konservasi” . Namun demikian, sebagaimana diskusi yang terjadi pada presentasi sebelumnya, keberlanjutan dari perilaku baru yang mendukung konservasi merupakan isu utama yang dibahas.
PIZSA bersama Nigel Sizer & Dicky Simorangkir (Rare) & Prof. EKS Harini Muntasib (KSHE-IPB)
Fransiska Ariantiningsih menjelaskan Pride yang dijalankan untuk penyelamatan Suaka Margasatwa Rawa Singkil - Aceh Singkil
Zakiah menjawab pertanyaan dari undangan mengenai Pride untuk penyelamatan hutan Mukim Kueh, LhokNga, Leupung - Aceh Besar
Kampanye Pride sudah selesai... namun pekerjaan konservasi BELUM selesai! Masih banyak yang harus dikerjakan dan diteruskan. Rare juga terus memperbaiki program Pride sehingga bisa menjawab lebih banyak lagi persoalan konservasi yang ada di Indonesia.
Selamat bagi Angkatan 1 Pride yang telah berhasil mendorong perubahan perilaku yang nyata untuk konservasi di kawasan kerja masing-masing!
No comments:
Post a Comment